TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok Hezbollah dan sekutu-sekutunya kemungkinan kehilangan suara mayoritas mereka di parlemen Lebanon. Hal ini dibocorkan oleh tiga sumber di parlemen Lebanon pada Senin, 16 Mei 2022. Kenyataan ini juga menjadi pukulan telak bagi partai-partai berkuasa selama ini, yang sekaligus mencerminkan kemarahan masyarakat Lebanon.
Pemilu parlemen Lebanon diselenggarakan pada Minggu, 15 Mei 2022. Itu adalah pemilu pertama sejak keuangan Lebanon runtuh dan peristiwa ledakan di pelabuhan Beirut pada 2020.
Lebanon menggelar pemilu parlemen pada Minggu, 15 Mei 2022. Sumber: Reuters
Pemilu pada hari Minggu kemarin menghasilkan kemenangan bagi Partai Kekuatan Lebanon (LF) yang bersekutu dengan Arab Saudi dan para kandidat anggota parlemen yang berfikiran terbuka.
Kendati begitu, terobosan mereka bisa memecah fraksi di parlemen menjadi beberapa kubu dan mempertajam polarisasi antara kelompok Hazbollah dengan kelompok-kelompok penentangnya, yang saat ini tidak bersatu menjadi satu blok.
Kebuntuan dapat menggagalkan reformasi yang dibutuhkan agar Dana Moneter Internasional mau mengucurkan pinjaman sehingga bisa melonggarkan krisis ekonomi Lebanon.
Hasil pemilu pada Minggu, 15 Mei 2022, bisa menjadi pintu pembuka bagi Riyadh untuk memperluas kekuasaan di Beirut, yang telah lama bersaing dengan Tehran.
Belum ada tanggapan dari Arab Saudi perihal hasil pemilu Lebanon ini. Sedangkan Iran pada Senin kemarin menyatakan menghormati hasil pemilu dan tidak pernah mau mengintervensi urusan dalam negeri Lebanon.
Adapun Amerika Serikat yang menjatuhkan sejumlah sanksi ke Hezbollah, menyambut hasil pemilu parlemen Lebanon. Washington juga mendorong para politikus agar berkomitmen kembali pada reformasi ekonomi.