TEMPO.CO, Jakarta - NATO berharap Turki tidak akan menahan keanggotaan Finlandia dan Swedia, yang ingin masuk ke lembaga itu. Pakta pertahanan yang dipimpin Amerika Serikat itu percaya, kedua negara dari Eropa Utara tersebut mengambil langkah bergabung dengan NATO sebagai respon invasi Rusia ke Ukraina.
“Saya yakin kami dapat mengatasi kekhawatiran yang telah diungkapkan Turki, dengan cara tidak menunda keanggotaan,” kata Sekjen NATO Jens Stoltenberg, seperti dikutip dari Reuters, Senin, 16 Mei 2022.
Sebelumnya, Turki mengajukan tuntutan pada Minggu, 12 Mei 2022, di sela-sela pertemuan para menteri luar negeri di Berlin. Mereka ragu akan lamaran keanggotan Swedia dan Finlandia.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan tidak dapat menerima wacana tersebut. Dia menilai calon anggota NATO yang baru itu keterlaluan, karena memberikan dukungan kepada kelompok terlarang, Kurdi PKK.
Ankara, bagaimanapun, menuntut negara-negara Nordik menghentikan dukungan untuk kelompok militan Kurdi yang ada di wilayah mereka, serta mencabut larangan beberapa penjualan senjata ke Turki.
Baca Juga:
Soal percakapan tertutup yang diadakan di Berlin, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken enggan memberikan rinciannya. Akan tetapi, dia menggemakan posisi Stoltenberg dan menegaskan NATO adalah tempat untuk berdialog.
"Saya sangat yakin bahwa kami akan mencapai konsensus tentang itu," kata Blinken kepada wartawan.
Banyak sekutu pada pertemuan Berlin mendukung rencana Finlandia dan Swedia. Mereka menekankan perlunya ratifikasi cepat dari tawaran keanggotaan mereka, yang biasanya memakan waktu hingga satu tahun.
"Jerman telah mempersiapkan segalanya untuk melakukan proses ratifikasi yang cepat," kata Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock, Minggu.
Baerbock menambahkan, para menteri pada jamuan makan malam pada Sabtu kemarin sepakat bahwa momentum tersebut tidak boleh hilang.
"Kita harus pastikan bahwa kita akan memberikan jaminan keamanan kepada mereka, jangan sampai ada masa transisi, zona abu-abu, di mana status mereka tidak jelas," katanya.
Ucapan Baerbock mengacu pada periode ratifikasi atau rentang waktu yang memungkinkan negara-negara Nordik belum dilindungi oleh Pasal 5 NATO. Pasal itu sendiri intinya menjamin bahwa, serangan terhadap satu sekutu NATO sama dengan serangan pada semua.
Percakapan Swedia untuk bergabung dengan NATO semakin sering dibahas setelah invasi Rusia terhadap Ukraina. Bersama negara tetangga Eropa Utara, Finlandia, Swedia akan rela melepas status netralnya sejak Perang Dingin.
Presiden Sauli Niinisto dan Perdana Menteri Sanna Marin dari Finlandia telah mengumumkan kepastian negaranya untuk bergabung dengan aliansi militer NATO. Dalam sebuah pernyataan bersama yang dibagikan Kamis, 12 Mei 2022, rencana kedua pemimpin itu mengatakan, rencana Finlandia untuk gabung segera terealisasi, setelah proses birokrasi di dalam negeri selesai.
Rencana Finlandia ini diperkirakan akan disusul oleh Swedia dalam beberapa hari. Swedia, sudah didukung oleh Partai Berkuasa Sosial Demokrat yang dipimpin oleh Perdana Menteri Magdalena Andersson.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kepada Presiden Finlandia Sauli Niinisto bahwa membuang netralitas dan bergabung dengan NATO merupakan kesalahan yang dapat merusak hubungan antara kedua negara.
Kedua pemimpin negara bertetangga itu berbicara melalui telepon dua hari setelah Finlandia menyatakan niatnya untuk bergabung dengan aliansi Barat, Sabtu, 14 Mei 2022.
Meskipun jadi mitra NATO sejak Rusia mencaplok Krimea pada 2014, negara-negara Nordik itu memilih untuk tidak ikut campur dengan aliansi dalam keanggotaan. Akan tetapi, invasi Rusia ke Ukraina telah memaksa Swedia dan Finlandia untuk meninjau ulang apakah netralitas militer mereka dengan tidak bergabung ke NATO, masih merupakan cara terbaik untuk memastikan keamanan nasional.
REUTERS
Baca juga: Elon Musk Sebut VW Produsen Mobil Listrik Terbesar Kedua Setelah Tesla
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/