TEMPO.CO, Jakarta - Taliban kini melarang pria dan wanita makan bersama atau berjalan-jalan di taman di kota Herat, Afghanistan barat. Pembatasan baru ini diberlakukan setelah pekan lalu Taliban mewajibkan perempuan di seluruh Afghanistan mengenakan burqa di depan umum.
Riazullah Seerat, seorang pejabat Taliban di Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan di Herat, mengatakan pada hari Kamis bahwa pihak berwenang telah menginstruksikan bahwa pria dan wanita duduk terpisah di restoran. Pemilik restoran telah diperingatkan secara lisan bahwa aturan itu berlaku termasuk untuk suami istri.
Pejabat Taliban juga mengatakan kantornya telah mengeluarkan dekrit bahwa taman umum Herat harus dipisahkan berdasarkan jenis kelamin. Pria dan wanita diizinkan untuk mengunjungi taman pada hari yang berbeda.
"Kami telah memberitahu perempuan untuk mengunjungi taman pada hari Kamis, Jumat dan Sabtu," katanya. “Hari-hari lainnya untuk pria bersantai dan berolahraga.”
Wanita yang ingin berolahraga pada hari-hari itu harus mencari tempat yang aman atau melakukannya di rumah.
Safiullah, seorang manajer restoran membenarkan bahwa dia telah menerima diktat kementerian. “Kami harus mengikuti perintah, tetapi itu berdampak sangat negatif pada bisnis kami,” kata Safiullah. Ia menambahkan bahwa jika larangan terus berlanjut, akan terpaksa memecat anggota stafnya.
Seorang wanita Afghanistan yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan seorang manajer menyuruh dia dan suaminya duduk secara terpisah di sebuah restoran pada hari Rabu.
Selain duduk terpisah di restoran, para wanita juga diperintahkan tak lagi menyetir mobil. Instruktur mengemudi diminta berhenti mengeluarkan lisensi untuk pengendara wanita.
Sejak berkuasa kembali di Afghanistan pada Agustus 2021, Taliban menjanjikan aturan yang lebih lembut dibandingkan sebelumnya pada 1996-2001. Namun dekrit yang baru-baru ini diumumkan, terutama dalam hal pemisahan gender, membuat janji-janji tersebut adalah omong kosong.
Pekan lalu Taliban mewajibkan semua wanita menggunakan burqa di depan umum. Jika tidak mereka terancam hukuman pidana untuk pertama kalinya.
Pada Desember, Taliban juga melarang perempuan untuk bepergian jauh tanpa didampingi kerabat dekat laki-laki. Sementara pada 23 Maret, Taliban menutup sekolah untuk perempuan.
Menteri luar negeri Kelompok Tujuh (G7) pada hari Kamis mengatakan meningkatnya pembatasan oleh Taliban terhadap hak-hak perempuan dan anak perempuan di Afghanistan mengisolasi negara itu. Dalam sebuah pernyataan bersama yang diterbitkan oleh Prancis, para menteri meminta Taliban mengambil tindakan segera untuk mencabut pembatasan terhadap perempuan dan akan perempusan serta menghormati hak asasi manusia mereka.
Baca: G7 Bela Perempuan Afghanistan
ALJAZEERA