TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Tayyip Erdogan mengatakan bahwa tidak mungkin bagi Turki yang merupakan anggota NATO untuk mendukung rencana Swedia dan Finlandia bergabung dalam pakta tersebut mengingat bahwa negara-negara Nordik adalah "rumah bagi banyak organisasi teroris".
Meskipun Turki telah secara resmi mendukung perluasan NATO sejak bergabung dengan aliansi yang dipimpin AS 70 tahun lalu, penentangannya dapat menimbulkan masalah bagi Swedia dan Finlandia mengingat anggota baru memerlukan kesepakatan dengan suara bulat.
Turki berulang kali mengecam Swedia dan negara-negara Eropa Barat lainnya karena penanganan terhadap organisasi yang dianggap teroris oleh Ankara, termasuk kelompok militan Kurdi PKK dan YPG, dan pengikut ulama Islam Fethullah Gulen yang berbasis di AS.
Ankara mengatakan Gulenists melakukan upaya kudeta pada 2016. Gulen dan pendukungnya menyangkal tuduhan itu.
Rencana Finlandia untuk mengajukan keanggotaan NATO, diumumkan Kamis, dan diperkirakan akan diikuti Swedia, sehingga membawa perluasan aliansi militer Barat yang ingin dicegah oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dengan meluncurkan invasi ke Ukraina.
"Kami mengikuti perkembangan mengenai Swedia dan Finlandia, tetapi kami tidak memiliki pandangan positif," kata Erdogan kepada wartawan di Istanbul, Jumat, 13 Mei 2022, dan menambahkan bahwa NATO telah menerima Yunani sebagai anggota di masa lalu.
“Turki tidak ingin mengulangi kesalahan serupa. Terlebih lagi, negara-negara Skandinavia adalah rumah bagi organisasi teroris,” kata Erdogan, tanpa memberikan rincian.
"Mereka bahkan menjadi anggota parlemen di beberapa negara. Tidak mungkin kami mendukung," katanya.
Berikutnya: Finlandia akan bersabar