Negara-negara tersebut berbagi banyak kekhawatiran dengan Washington tentang Cina.
Penegasan kedaulatan Cina atas sebagian besar Laut Cina Selatan telah membuatnya berhadapan dengan Vietnam dan Filipina, sementara Brunei dan Malaysia juga mengklaim bagian-bagiannya.
Namun negara-negara di kawasan itu juga telah frustrasi oleh keterlambatan AS dalam merinci rencana keterlibatan ekonomi sejak mantan Presiden Donald Trump keluar dari pakta perdagangan regional pada 2017.
"AS harus mengadopsi agenda perdagangan dan investasi yang lebih aktif dengan ASEAN, yang akan menguntungkan AS secara ekonomi dan strategis," kata Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob, Kamis.
IPEF akan diluncurkan dalam perjalanan Biden ke Jepang dan Korea Selatan minggu depan. Tetapi saat ini tidak menawarkan akses pasar yang diperluas yang didambakan negara-negara Asia, mengingat perhatian Biden untuk pekerjaan Amerika.
Analis mengatakan bahwa meskipun negara-negara ASEAN memiliki kekhawatiran yang sama dengan AS tentang Cina, mereka tetap berhati-hati untuk lebih berpihak pada Washington, mengingat hubungan ekonomi mereka yang dominan dengan Beijing dan insentif ekonomi AS yang terbatas.
Kao Kim Hourn, penasihat Perdana Menteri Kamboja Hun Sen, mengatakan kepada Reuters bahwa negara itu tidak akan "memilih pihak" antara Washington dan Beijing meskipun investasi AS di negaranya sedang berkembang.
Pada hari Rabu, Hun Sen menjadi sasaran pengunjuk rasa yang melempar sepatu sebelum kunjungan pertamanya ke Gedung Putih selama masa jabatan yang dimulai pada 1985. Pemimpin Kamboja ini menghadapi kritik dari para aktivis karena menekan perbedaan pendapat.
Reuters