TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Luar Negeri RI tidak bisa mengomentari figur Ferdinand Marcos Jr. atau yang akrab disapa Bongbong, yang baru saja memenangkan pemilu presiden Filipina. Walau putra mantan Presiden Ferdinand Marcos itu mendapat kecaman dari kelompok HAM, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah mengatakan semua kandidat di pemilu presiden Filipina akan masuk bagian ASEAN.
"Siapa pun yang terpilih jadi presiden Filipina, tentunya akan menjadi keluarga besar ASEAN," kata Faizasyah saat ditemui usai jumpa pers Kementerian Luar Negeri RI di Jakarta, Kamis, 12 Mei 2022.
Tangkapan layar—Pj Kepala Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri Kementerian Luar Negeri RI, Teuku Faizasyah, pada acara 'Webinar Internasional tentang Mempromosikan Investasi Qatar di Indonesia: Tantangan, Pengalaman, dan Peluang', diakses dari Rabu (30 Maret). , 2022). (ANTARA/Katriana)
Dari posisi Indonesia, Faizasyah menggarisbawahi hubungan bilateral dengan Filipina tetap berjalan dengan baik. Di bidang ekonomi, hubungan kedua negara setidaknya mencatat surplus.
Marcos Jr. adalah putra mantan diktator Filipina, Ferdinand Marcos Sr. Dia meraup mayoritas suara dan dipastikan menang dalam versi hitung cepat sebagai presiden Filipina.
Ia mendapat 31 juta suara. Sedikitnya dia mengumpulkan dua kali lebih banyak dari pesaing kuatnya Leni Robredo, yang sekarang menjabat sebagai wakil presiden Filipina.
Kelompok HAM memendam kekhawatiran dengan terpilihnya putra Marcos Jr itu karena rekam jejak kekuasaan bapaknya yang kelam. Badan Karapatan, misalnya, meminta warga Filipina untuk menolak kepresidenan Marcos yang baru, yang disebutnya dibangun di atas kebohongan dan disinformasi untuk menghilangkan bau citra menjijikkan Marcos.
Adapun pasangan wakil presiden Marcos Jr dalam pemilu kali ini adalah Sara Duterte-Carpio, putri dari Presiden Filipina Rodtigo Duterte. Duterte-Carpio memenangkan lebih dari tiga kali jumlah suara dibandingkan dengan saingan terdekatnya dan juga kemungkinan memperluas daya tarik Marcos di banyak bidang.
Amnesty International menuduh Marcos Jr dan pasangannya menghindari pembahasan pelanggaran HAM, termasuk yang dilakukan di bawah darurat militer dan selama perang berdarah Presiden Duterte terhadap narkoba.
Human Rights Watch (HRW) juga sudah mewanti-wanti Marcos Jr. agar dapat mengambil tindakan cepat dan tegas dalam memperbaiki situasi HAM di Filipina setelah resmi dilantik. Dia diminta mengatasi tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan yang melibatkan Duterte.
Kebijakan perang melawan narkoba di Filipina telah mengakibatkan pembunuhan di luar proses hukum terhadap ribuan orang.
Faizasyah mengatakan, sejauh ini Kementerian Luar Negeri RI masih menunggu pengumuman hasil resmi dari komisi penyelenggaran pemilu presiden di Filipina. Meskipun berbagai laporan sudah memastikan kemenangan Marcos Jr. atau Bongbong, Indonesia disebut hanya akan mengucapkan selamat setelah ada pernyataan dari otoritas terkait.
"Pada waktunya, sebagaimana lazimnya,
presiden akan ucapkan selamat setelah ada penetapan pemenang dari pemilu tersebut," ujar Faizasyah.