TEMPO.CO, Jakarta - Juru Bicara Kementerian luar Negeri Cina Zhao Lijian tidak terima dengan ekspresi keprihatinan negara-negara G7 atas proses pemilihan kepala eksekutif Hong Kong, yang baru. Zhao menyebut gestur G7 merupakan suatu bentuk intervensi ke urusan dalam negeri Cina.
Zhao mengatakan, negara serta lembaga dari Barat tertentu telah berkolusi untuk menodai pemilihan kepala eksekutif Hong Kong.
"Sebuah campur tangan ceroboh dalam urusan dalam negeri Cina, yang dengan tegas ditentang dan dikecam keras oleh Cina," kata Zhao dalam jumpa pers rutin Kementerian Luar Negeri Cina, seperti dikutip Reuters, Selasa, 10 Mei 2022.
John Lee dalam kampanye di Hong Kong, 6 Mei 2022. REUTERS/Tyrone Siu
Sebelumnya dalam sebuah pernyataan bersama Kementerian Luar Negeri negara-negara G7 yang dibagikan pada Senin, 9 Mei 2022, menyebut bahwa proses pemilihan kepala eksekutif baru di Hong Kong adalah sumber keprihatinan serius.
Dalam pernyataan tersebut, mereka menggarisbawahi kekhawatiran yang lebih luas akan kebebasan mendasar di bekas jajahan Inggris itu. Negara anggota G7 adalah Prancis, Jerman, Kanada, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat.
Zhao mengatakan negara-negara G7 tersebut memilih untuk mengabaikan perbaikan dalam demokrasi Hong Kong. Dia juga mengkritik negara-negara yang terkesan sok mengajarkan demokrasi di Hong Kong.
"Negara dan lembaga terkait harus menghormati kedaulatan Cina," kata Zhao.
Pemimpin Hong Kong yang baru, John Lee, disahkan untuk menduduki jabatan tertinggi di kota itu pada Minggu, 8 Mei 2022 oleh sebuah komite yang terdiri dari para loyalis pro-Beijing. Hong Kong saat ini sedang berusaha mandiri setelah beberapa tahun terjadi pergolakan politik.
Sumber: Reuters
Baca juga: Eks PM Rusia Kasyanov: Pidato Hari Kemenangan oleh Putin Tanda Kegagalan Rusia
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.