Banyak yang tidak tahu tahun-tahun brutal darurat militer yang dimulai pada tahun 1972, ketika ribuan orang dibunuh dan disiksa. Hanya sedikit juga yang tahu, bagaimana keluarga Marcos mengumpulkan miliaran kekayaan haram dengan mengorbankan warganya.
Salah satu disinformasi lain yang mendapatkan daya tarik online mengklaim, tidak ada penangkapan yang dilakukan selama darurat militer masa di Marcos. Padahal dia sendiri mengakui kepada Amnesty International pada tahun 1975 bahwa 50.000 orang ditangkap.
Berbeda dengan sejumlah platform pendongkrak popularitas Marcos, Twitter pada 21 Januari 2022 menyebut telah membekukan ratusan akun, yang mempromosikan kandidat Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr dalam pemilu presiden. Tindakan promosi itu, masuk kategori pelanggaran aturan dan manipulasi.
Twitter saat itu mengatakan telah mengevaluasi, baik itu menggunakan tenaga manusia dan teknologi, untuk memutuskan membekukan lebih dari 300 akun dan tagar. Twitter juga sedang melakukan sejumlah investigasi untuk beberapa kasus yang terjadi.
Saat kampanye, Bongbong kerap kali menghindari debat lawan rival utamanya dan enggan diwawancara dengan awak media. Bongbong mengaku tidak ingin terjebak pada disinformasi dan hanya ingin menyampaikan kampanye positif dengan memuji sang ayah dan menolak menjawab pertanyaan soal era darurat militer.
Saat Bongbong di atas angin kemenangannya dalam pemilihan presiden, banyak di antara jutaan pemilih Robredo marah dengan upaya "kurang ajar" dinasti Marcos menggunakan media sosialnya dalam menyampaikan kembali narasi sejarah masa kekuasaan yang sebenarnya kelam. Keluarga Marcos sendiri telah membantah melakukan kesalahan dan banyak pendukungnya, seperti blogger dan influencer media sosial mengatakan catatan sejarah telah terdistorsi.
Kelompok hak asasi manusia Karapatan meminta orang Filipina untuk menolak kepresidenan Bongbong karena dibangun di atas kebohongan dan disinformasi "untuk menghilangkan bau citra menjijikkan Marcos". Seperti diwartakan Reuters, sekitar 400 orang yang sebagian besar mahasiswa, melakukan protes di luar komisi pemilihan pada hari Selasa melawan Marcos karena menduga ada penyimpangan pemilihan.
Komisi pemilihan, yang mengatakan jajak pendapat itu relatif damai, dijadwalkan untuk memutuskan petisi yang berusaha membatalkan penolakannya terhadap pengaduan yang mencoba menghalangi Ferdinand Marcos Jr. dari pemilihan presiden.
ABC | REUTERS