TEMPO.CO, Jakarta -Perdana Menteri Sri Lanka Mahinda Rajapaksa dicemooh demonstran dalam penampilan publik pertamanya sejak protes terhadap penurunan ekonomi terburuk di negara itu meletus. Pengunjuk rasa menuntut Mahinda, keluarga yang berkuasa, mengundurkan diri karena krisis yang memburuk.
Pada Ahad, Perdana menteri mengunjungi salah satu kuil Buddha tersuci di Anuradhapura. Ia disambut oleh puluhan pria dan wanita yang membawa poster dan meneriakkan slogan-slogan yang menuntut "pencuri" dilarang masuk kota suci, 200 km utara Kolombo, ibu kota komersial dan kota terbesar di Sri Lanka.
“Kami akan menyembah Anda jika Anda mundur [sebagai perdana menteri] dan pergi,” teriak seorang pria.
Pasukan keamanan bersenjata lengkap dikerahkan sementara polisi bergerak untuk membersihkan jalan bagi konvoi enam kendaraan Mahinda. Para pejabat mengatakan perdana menteri akan kembali ke ibu kota dengan helikopter.
Beberapa jalan utama di negara itu diblokir oleh orang-orang yang memprotes kurangnya gas untuk memasak, bensin dan solar. Kementerian pertahanan dalam sebuah pernyataan mengatakan para demonstran berperilaku "provokatif dan mengancam" dan mengganggu layanan penting.
Ketika orang-orang mengantri untuk bahan bakar di seluruh negeri, bahan pokok dijatah di toko-toko dan kekurangan obat-obatan dan pemadaman meningkat, warga di seluruh pulau Asia Selatan turun ke jalan untuk menuntut pengunduran diri Mahinda dan saudaranya, Presiden Gotabaya Rajapaksa.
Pemerintah memberlakukan keadaan darurat yang memberikan kekuatan militer untuk menangkap dan menahan orang-orang pada hari Jumat setelah serikat pekerja membuat negara itu berhenti total dalam upaya untuk menekan Rajapaksa untuk mundur.
Presiden berusia 72 tahun itu tidak terlihat di depan umum sejak puluhan ribu orang berusaha menyerbu kediaman pribadinya di Kolombo pada 31 Maret. Sejak 9 April, ribuan orang berkemah di depan kantornya di Kolombo.
Sumber mengatakan presiden mungkin meminta saudaranya Mahinda untuk mundur dalam upaya membuka jalan bagi pemerintah persatuan untuk membimbing Sri Lanka melewati krisis. Namun, partai oposisi terbesar di negara itu menegaskan tidak akan bergabung dengan pemerintah mana pun yang dipimpin oleh seorang anggota klan Rajapaksa.
Sri Lanka dilanda krisis ekonomi setelah pandemi virus corona menghantam pendapatan dari pariwisata dan pengiriman uang. Pada April, negara itu mengumumkan gagal bayar utang luar negerinya senilai US$51 miliar – pertama kali Sri Lanka gagal bayar dalam sejarah pascakemerdekaannya.
Baca juga: Ribuan Warga Sri Lanka Kembali Berunjuk Rasa Tuntut Presiden Mundur
SUMBER: ALJAZEERA