TEMPO.CO, Jakarta - Seorang tentara Ukraina yang bertahan di sebuah pabrik baja di Mariupol mengatakan, pasukannya akan berjuang selama diperlukan dan dia mendesak para pemimpin dunia untuk menemukan cara menyelamatkan warga sipil dan ratusan tentara terjebak dalam pengepungan "abad pertengahan" Rusia itu.
Kapten Sviatoslav Palamar, 39 tahun, seorang wakil komandan Resimen Azov Ukraina, berbicara dalam sebuah wawancara dengan Reuters dari pabrik baja yang merupakan benteng terakhir bagi para pejuang di kota pelabuhan itu.
Pasukan Rusia telah menghancurkan sebagian besar Mariupol menjadi reruntuhan di sekitar kompleks yang luas dengan katakombe bawah tanah, tempat Palamar dan pasukan Ukraina bertahan.
Presiden Rusia Vladimir Putin, yang mengklaim menguasai kota itu pekan lalu, mengatakan pabrik itu harus diblokir hingga "tidak ada lalat" yang bisa melarikan diri.
"Selama kita di sini dan mempertahankan pertahanan... kota ini bukan milik mereka," kata Palamar.
Dia mengatakan pertempuran sengit masih berkecamuk dan mereka terus-menerus dibom. Pada satu titik pasukan Rusia mengirim satu pasukan tank dan kendaraan lapis baja, serta infanteri, tetapi para pejuang menghancurkannya. Dia mengatakan taktik terus berubah.
"Taktiknya (sekarang) seperti pengepungan abad pertengahan. Kami dikepung, mereka tidak lagi mengeluarkan banyak kekuatan untuk mematahkan garis pertahanan kami. Mereka melakukan serangan udara," katanya.
Palamar, yang berkeluarga dengan satu anak, menolak memberikan rincian persis tentang operasi tersebut karena dapat membantu musuh. Dia tidak mengatakan berapa banyak makanan dan amunisi yang tersisa, tetapi mereka masih memiliki ratusan pejuang.
"Tentu saja sumber daya kami terbatas dan mereka semakin berkurang setiap hari karena pertempuran sengit. Situasinya sulit, tetapi kami akan bertempur dan berjuang selama yang kami perlukan."
Dia mengatakan mereka memiliki lebih dari 500 pejuang yang terluka, beberapa dalam kondisi serius.
"Kami tidak memiliki kondisi untuk merawat mereka, untuk melakukan operasi yang sangat sulit.. obat-obatan hampir habis, begitu juga perban, makanan dan air."
penaklukan Mariupol, di Laut Azov di selatan kawasan industri Donbas, sangat penting bagi upaya Rusia untuk mengamankan jembatan darat ke semenanjung Krimea yang direbutnya dari Ukraina pada 2014.
Palamar, yang berasal dari kota barat Lviv tetapi telah tinggal di Mariupol sejak 2014, tidak dapat mengatakan berapa banyak warga sipil yang berada di pabrik baja, tetapi mengatakan jumlahnya mencapai ratusan. Mereka berlindung di bunker yang berbeda dengan tentara, katanya.
Azovstal Mariupol, salah satu pabrik metalurgi terbesar di Eropa, adalah kompleks industri besar yang berisi ruang bawah tanah dan terowongan.
"Kami membawakan mereka (warga sipil) makanan dan memeriksa kesehatan mereka, tetapi kami tidak dapat tinggal bersama mereka karena alasan yang jelas: musuh dapat melakukan provokasi dan mengatakan bahwa... kami bersembunyi di belakang warga sipil."
Satu bunker tempat warga sipil, termasuk anak-anak, terkena tembakan roket intens pada hari Selasa dan seorang wanita dan pria tua terluka, katanya.
Berikutnya: Jangan melunak ke Rusia