TEMPO.CO, Jakarta -Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) mengatakan sekitar 190 kasus hepatitis berat asing, telah dilaporkan dialami anak-anak di seluruh dunia.
Wabah ini pertama kali dilaporkan di Inggris pada bulan April. Pemerintah Inggris telah mencatat 111 kasus dengan sebagian besar kasus terjadi pada anak-anak di bawah 10 tahun. Sejak itu kasus serupa telah diidentifikasi di setidaknya 12 negara di seluruh dunia.
Seperti dilansir Reuters, Rabu, 27 April 2022, Direktur ECDC Andrea Ammon mengatakan kepada wartawan dalam briefing virtual, Sekitar 40 kasus telah dicatat di Uni Eropa dan Wilayah Ekonomi Eropa.
Amerika Serikat dan Israel juga telah memantau kasus serupa.
Hepatitis berat, atau radang hati, jarang terjadi pada anak-anak yang sehat. Sebagai langkah penanganan, ECDC sedang menyelidikinya bersama otoritas nasional setempat dan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Tidak seperti biasanya, kasus baru itu tidak menampilkan virus yang lumrah jadi penyebab atas peradangan hati akut, seperti hepatitis A, B, C, D dan E.
Menurut WHO, 17 anak membutuhkan transplantasi hati sebagai akibat dari kasus baru-baru ini. Sementara satu anak telah meninggal.
Ammon mengatakan, penyelidikan sejauh ini mengarah pada hubungan dengan infeksi adenovirus, keluarga virus umum yang dapat menyebabkan gejala mirip flu atau gastrointestinal.
Dia mengasumsikan, lockdown COVID-19 mungkin telah melemahkan kekebalan anak-anak. Sebab salah satu faktor di antaranya mungkin saja mereka kurang terpapar patogen umum saat dalam isolasi.
Para ilmuwan juga sedang menyelidiki apakah adenovirus yang terlibat telah bermutasi, atau bertindak bersama-sama dengan infeksi lain, seperti Covid-19. Toksin juga bisa menjadi penyebab, tetapi ini diperkirakan lebih kecil kemungkinannya karena penyebaran geografis dari kasus yang dilaporkan.
Kendati begitu, kaitan apa pun hepatitis misterius ini dengan vaksinasi COVID-19 telah dikesampingkan otoritas ilmuwan Eropa.
Baca juga: Pasar Gelap Organ Manusia Meluas di Eropa
Sumber: Reuters