TEMPO.CO, Jakarta -Perusahaan pertahanan Jerman, Rheinmetall, meminta persetujuan untuk mengekspor 100 kendaraan tempur infanteri, Marder, ke Ukraina. Seperti dilansir Reuters Senin 25 April 2022, ini akan menjadi pengiriman senjata berat pertama dari Jerman ke Ukraina.
Perusahaan Rheinmetall sedang mencari lisensi ekspor untuk kendaraan tempur tersebut, sebelum mengirimkannya ke Ukraina. Langkah Rheinmetall memaksa Kanselir Olaf Scholz mengambil posisi yang jelas tentang apakah senjata berat dapat dikirim langsung dari Jerman ke Ukraina.
Sebab, kesepakatan ekspor kendaraan tempur Marder memerlukan persetujuan dari dewan keamanan nasional, yang dikepalai oleh Scholz. Seorang juru bicara Rheinmetall menolak berkomentar mengenai rencana ekspor tersebut.
Scholz menghadapi kritik yang berkembang di dalam dan luar negeri, karena keengganannya mengirimkan senjata berat seperti tank dan howitzer ke Ukraina. Permintaan Ukraina untuk senjata berat telah meningkat sejak Moskow mengalihkan serangannya ke wilayah Donbas di Ukraina timur. Pertempuran di wilayah timur dianggap lebih cocok menggunakan tank daripada daerah lainnya.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, sangat penting bagi Ukraina mendapatkan lebih banyak senjata. Zelensky mengatakan, pasokan senjata berat penting bagi Ukraina untuk merebut kembali wilayah yang diduduki Rusia.
"Segera setelah kami memiliki (lebih banyak senjata), percayalah, kami akan segera merebut kembali wilayah ini atau wilayah yang untuk sementara diduduki," ujar Zelensky.
Namun, juru bicara pemerintah Jerman tidak memberikan kerangka waktu kapan keputusan tentang kesepakatan Marder akan diambil.
Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht menulis dalam sebuah surat kepada koalisi yang berkuasa pekan lalu bahwa permintaan ekspor ke Ukraina "akan diperiksa dengan prioritas mutlak. Setelah koordinasi di kabinet, mereka akan diputuskan pada hari yang sama sebagai aturan umum."
Baca juga:
SUMBER: REUTERS