TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Slovenia Janez Jansa kalah dalam pemilu, yang diselenggarakan pada Minggu, 24 April 2022. Berdasarkan data awal otoritas pemilu Slovenia, Partai Gerakan Kebebasan yang pro-lingkungan, memenangkan lebih banyak suara daripada partai SDS Jansa.
Partai Gerakan Kebebasan yang merupakan pendatang baru dalam pemilu Slovenia, memimpin dengan 34,34 persen suara. Sementara SDS memperoleh 23,83 persen, dari total 98,20 persen surat suara yang sudah dihitung.
Pemimpin Gibanje Svoboda (Gerakan Kebebasan) Robert Golob muncul di layar saat pendukungnya bersorak menunggu hasil pemilihan parlemen di Ljubljana, Slovenia 24 April 2022. REUTERS/Borut Zivulovic
Kemenangan ini akan memberikan Gerakan Kebebasan memiliki 40 kursi dari total 90 kursi parlemen, dan SDS 28 kursi. Komisi pemilihan (KPU) mengatakan, dari 1,7 juta pemilih ada 68 persen yang memenuhi syarat untuk memberikan suara mereka.
Partai Gerakan Kebebasan dibentuk pada tahun lalu. Partai ini dipimpin oleh Robert Golob, mantan eksekutif perusahaan energi milik negara yang meluncurkan proyek energi hijau. Partai ini sebelumnya mengkampanyekan transisi ke energi hijau, masyarakat terbuka, dan janji untuk menegakkan supremasi hukum.
"Jadi hari ini orang-orang turut menari, merayakan, tapi besok adalah hari baru. Besok kita mulai bekerja keras untuk membenarkan kepercayaan," kata Golob yang menyampaikan pernyataan lewat keterangan video karena terpapar Covid-19, seperti dilansir Reuters, Senin, 25 April 2022.
Untuk membentuk pemerintahan, Partai Gerakan Kebebasan diharapkan bisa membentuk koalisi dengan Partai Kiri, Sosial Demokrat, yang saat ini akan memiliki 12 kursi di parlemen.
Jansa, mengakui bahwa dia telah dikalahkan dalam pemungutan suara. Dia sendiri sudah menjabat sebanyak tiga kali sebagai perdana menteri Slovenia.
"Hasilnya apa adanya. Selamat kepada pemenang," kata Jansa kepada para pendukungnya.
Walau begitu, politisi populis itu menambahkan bahwa partai SDS-nya telah mendapatkan lebih banyak suara daripada sebelumnya. Jansa menambahkan, pemerintah baru akan menghadapi banyak tantangan dan dia berharap itu akan sesuai dengan tugasnya.
Jansa sendiri memiliki rekam jejak hubungan yang buruk dengan Brussel, karena dia diduga terlalu mengekang media merusak standar demokrasi. Dia membantah tudingan lawan-lawannya itu.
Sumber: Reuters