TEMPO.CO, Jakarta -Rusia memberi para pejuang Ukraina yang masih bertahan di Mariupol sebuah ultimatum baru untuk menyerah pada Rabu 20 April 2022.
Seperti dilansir Reuters, setelah ultimatum sebelumnya gagal, kementerian pertahanan Rusia mengatakan tidak ada satu pun tentara Ukraina yang meletakkan senjata mereka. Komandan Ukraina telah bersumpah untuk tidak menyerah.
“Angkatan bersenjata Rusia, yang murni berdasarkan prinsip-prinsip kemanusiaan, sekali lagi mengusulkan agar para pejuang batalyon nasionalis dan tentara bayaran asing menghentikan operasi militer mereka mulai pukul 1400 waktu Moskow pada 20 April dan meletakkan senjata,” kata Kementerian Pertahanan Rusia.
Rusia menyerang pabrik baja Azovstal, benteng utama yang tersisa di Mariupol, dengan bom penghancur bunker, kata penasihat presiden Ukraina Mykhailo Podolyak pada Selasa malam. Reuters tidak dapat memverifikasi detailnya.
"Dunia menyaksikan pembunuhan anak-anak secara online dan tetap diam," tulis penasihat Mykhailo Podolyak di Twitter.
Ultimatum itu diberikan setelah ribuan tentara Rusia yang didukung oleh artileri dan serangan roket maju dalam apa yang oleh pejabat Ukraina disebut Pertempuran Donbas.
Invasi Rusia selama hampir delapan minggu telah gagal untuk merebut salah satu kota terbesar di Ukraina, memaksa Moskow untuk kembali fokus di dalam dan sekitar wilayah separatis.
Namun, serangan terbesar terhadap negara Eropa sejak 1945 telah menyebabkan hampir 5 juta orang melarikan diri ke luar negeri dan membuat banyak kota menjadi puing-puing.
Amerika Serikat, Kanada dan Inggris mengatakan mereka akan mengirim lebih banyak persenjataan artileri.
"Kami akan terus memberi mereka lebih banyak amunisi, karena kami akan memberi mereka lebih banyak bantuan militer," kata juru bicara Gedung Putih Jen Psaki, seraya menambahkan sanksi baru sedang disiapkan.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden diperkirakan akan mengumumkan paket bantuan militer baru dengan ukuran yang sama dengan paket bantuan militer senilai US$800 juta minggu lalu dalam beberapa hari mendatang, beberapa sumber mengatakan kepada Reuters.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan jeda kemanusiaan empat hari dalam pertempuran akhir pekan mendatang ini. Jeda kemanusiaan diharapkan berlangsung saat umat Kristen Ortodoks merayakan Paskah, untuk memungkinkan warga sipil mengungsi dan bantuan kemanusiaan dikirimkan.
Rusia mengatakan pihaknya meluncurkan apa yang disebutnya "operasi militer khusus" pada 24 Februari untuk demiliterisasi dan "denazifikasi" Ukraina. Kyiv dan sekutu Baratnya menolak itu sebagai dalih palsu.
Baca juga: 5 Fakta yang Terjadi di Mariupol Ukraina Setelah Ada Ultimatum dari Rusia
SUMBER: REUTERS