Menurut Timesonline, perjanjian yang dipandang radikal ini akan mengurangi jumlah senjata nuklir masing-masing negara, 1,000. Kunci dari inisiatif Obama ini adalah mempelajari kembali warisan pemerintahan Bush, yang berencana membangun perisai pertahanan di Eropa Timur, sesuatu yang ditentang Moskow.
Obama direncanakan akan memusatkan perjanjian non-proliferasi di Gedung Putih untuk mempelajari pembicaraan dengan Rusia. Perjanjian non-proliferasi ini kemungkinan besar akan diketuai Gary Samore, negosiator non-proliferasi pada masa pemerintahan Bill Clinton. Pembicaraan ini sendiri akan dipimpin Kementerian Luar Negeri yang kini dipimpin Hillary Clinton.
Hingga kini Obama belum membuat keputusan final soal perisai pertahanan. Dia juga belum mengisyaratkan menunda penempatan misil AS di Polandia dan stasiun radar di Republik Ceska, yang ditaksir berbiaya US$ 4 miliar (sekitar Rp 46.51 triliun) per tahunnya.
Apa pun hasil perjanjian antara AS dengan Rusia, akan menekan Inggris yang hingga kini mempunyai 160 kepala nuklir dan kekuatan senjata nuklir lainnya untuk mengurangi persenjataan negara tersebut.
Obama telah berjanji mengurani persenjataan nuklir AS pada masa kepemerintahannya. Langakah pertamanya adalah membuka kembali pembicaraan dengan Moskow untuk menggantikan Pakta Pengurangan Strategis AS-Soviet pada tahun 1991, yang berakhir pada Desember silam. Di bawah pakta tersebut, kedua negara harus mengurangi masing-masing senjata nuklirnya sekitar 10 ribu ke 5,000.
"Kami akan memulai kembali proses pembicaraan dengan Rusia soal pengurangan senjata nuklir secara tradisional," kata Obama.
TIMESONLINE | BAGUS WIJANARKO