TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah India membantah adanya pelarangan bagi warga menjalankan agamanya serta minimnya toleransi di negara dengan mayoritas penduduk beragama Hindu itu.
Hal itu dikatakan Menteri Urusan Minoritas India, Mukhtar Abbas Naqvi, menanggapi terjadinya kerusuhan agama di berbagai bagian negara itu.
"Elemen pinggiran, yang tidak dapat mencerna perdamaian dan kemakmuran di negara ini, mencoba mencemarkan nama baik budaya dan komitmen inklusif India," kata Naqvi kepada The Economic Times, Minggu, 17 Aprill 2022..
Bentrokan yang melibatkan warga beragama Hindu dan Islam pecah selama prosesi keagamaan Hindu di New Delhi pada hari Sabtu, melukai beberapa orang, termasuk enam polisi, kata pejabat polisi. Beberapa hari sebelumnya, terjadi kekerasan serupa di tiga negara bagian India lainnya.
Dalam beberapa pekan terakhir, kerusuhan agama skala kecil telah pecah antara mayoritas Hindu dan komunitas Muslim minoritas selama prosesi keagamaan di beberapa bagian negara.
Beberapa mahasiswa di ibu kota New Delhi bertengkar di kampus atas makanan non-vegetarian yang disajikan di asrama selama seminggu yang dianggap menguntungkan oleh umat Hindu.
"Bukan tugas pemerintah untuk memberi tahu orang-orang apa yang harus dimakan atau tidak. Setiap warga negara memiliki kebebasan di negara ini untuk makan makanan pilihan mereka," kata Naqvi.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintahan Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata yang dipimpin Modi telah mendorong kelompok-kelompok agama garis keras untuk mengambil tindakan yang mereka katakan membela agama Hindu.
Awal bulan ini, sebuah kontroversi meletus atas siswa Muslim yang mengenakan jilbab ke sekolah di negara bagian Karnataka selatan, yang merupakan ibukota teknologi negara itu, Bengaluru.
Partai-partai oposisi India secara terbuka menyuarakan keprihatinan pada hari Sabtu bahwa multi-agama India, yang didominasi oleh umat Hindu tetapi dengan minoritas cukup besar termasuk lebih dari 200 juta Muslim, menjadi kurang toleran di bawah rezim Modi.
“Tidak ada larangan hijab di India. Seseorang bisa memakai hijab di pasar dan tempat lain. Tapi setiap perguruan tinggi atau institusi memiliki aturan berpakaian, disiplin dan sopan santun. Kami harus menerima ini. Jika Anda tidak menyukainya, Anda bisa melakukannya, pilih lembaga yang berbeda," kata Naqvi.
Reuters