TEMPO.CO, Jakarta - Peserta wajib militer di wilayah Donbas, yang memberontak ke Kyiv dan didukung Rusia, dikirim ke garis depan pertempuran melawan pasukan Ukraina tanpa pelatihan.
Mereka juga tidak didukung pasokan makanan dan air, serta senjata yang tidak memadai, kata enam orang di provinsi separatis itu seperti dikutip Reuters, Senin,4 April 2022.
Laporan baru tentang pengerahan wajib militer yang tidak terlatih dan tanpa dukungan lengkap adalah indikasi baru tentang bagaimana sumber daya militer tersedia di Kremlin. Perang yang berlangsung sebulan lebih diduga membuat pasukan Rusia tertatih-tatih oleh masalah logistik dan perlawanan sengit Ukraina. .
Salah seorang mahasiswa peserta wajib militer pada akhir Februari, mengatakan bahwa rekannya menyuruh bersiap menghadapi serangan jarak dekat dari pasukan Ukraina di barat daya Donbas. "Saya bahkan tidak tahu cara menembakkan senjata otomatis."
Ia dan unitnya membalas dan menghindari penangkapan, tetapi dia terluka dalam pertempuran berikutnya. Dia tidak mengatakan kapan pertempuran itu terjadi.
Beberapa informasi yang menunjukkan kondisi dan moral buruk di antara wajib militer Donbas muncul di media sosial dan beberapa media lokal.
Beberapa wajib militer Donbas dilengkapi senapoan Mosin, yang dikembangkan pada akhir abad ke-19 dan diproduksi beberapa dekade lalu, menurut tiga orang yang melihat wajib militer dari wilayah separatis menggunakan senjata tersebut. Gambar yang dibagikan di media sosial, yang belum dapat diverifikasi secara independen, juga menunjukkan pejuang Donbas dengan senapan Mosin.
Siswa tersebut mengatakan bahwa ia terpaksa minum air dari kolam yang kotor karena kekurangan persediaan. Dua sumber lain yang berhubungan dengan wajib militer juga mengatakan kepada Reuters bahwa orang-orang itu harus minum air yang tidak diolah.
Beberapa wajib militer Donbas diberi misi sangat berbahaya untuk menarik tembakan musuh ke diri mereka sehingga unit lain dapat mengidentifikasi posisi Ukraina dan mengebom mereka, menurut salah satu sumber dan kesaksian video dari seorang tawanan perang yang diterbitkan oleh pasukan Ukraina.
Diminta berkomentar tentang perlakuan dan moral rendah dari wajib militer Donbass, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan itu adalah pertanyaan untuk Republik Rakyat Donetsk (DNR), entitas separatis yang memproklamirkan diri di Donbas.
Juru bicara DNR tidak menjawab opertanyaan yang diajukan.
Setelah didorong ke garis depan dekat pelabuhan Mariupol - tempat pertempuran terberat dalam perang - sekitar 135 wajib militer Donbas meletakkan senjata mereka dan menolak untuk berperang, menurut Veronika, mitra wajib militer, yang mengatakan suaminya ada di antara mereka.
Marina, mitra wajib militer lain, mengatakan dia telah berhubungan dengan seorang teman yang merupakan bagian dari kelompok yang sama.
"Kami menolak (bertarung)," tulis teman itu dalam pesan teks ke Marina.
Orang-orang itu ditahan di ruang bawah tanah oleh komandan militer sebagai hukuman, kata Veronika dan Marina. Komandan secara lisan mengancam mereka dengan pembalasan tetapi kemudian membiarkan kelompok itu keluar dari ruang bawah tanah, menarik mereka kembali dari garis depan dan menempatkan mereka di rumah-rumah yang ditinggalkan, kata Veronika.
Baik Kremlin maupun otoritas separatis tidak menjawab pertanyaan Reuters tentang insiden tersebut.