TEMPO.CO, Jakarta - Ukraina menuding pasukan Rusia melakukan "pembantaian" di kota Bucha, sementara negara-negara Barat bereaksi terhadap gambar mayat di sana dengan seruan untuk sanksi baru terhadap Moskow.
Kementerian pertahanan Rusia membantah tuduhan Ukraina, mengatakan rekaman dan foto-foto yang menunjukkan mayat di Bucha adalah "provokasi" oleh pemerintah Ukraina.
Gambar mayat di kota berjarak 37 km barat laut ibu kota Kyiv, muncul setelah Ukraina mengatakan pasukannya telah merebut kembali kendali atas seluruh wilayah Kyiv dan membebaskan kota-kota di sekitarnya dari pasukan Rusia, Sabtu lalu, 2 April 2022.
Foto tubuh-tubuh tergeletak di jalanan memicu kemarahan di Ukraina dan luar negeri, menambah tekanan pada Presiden Rusia Vladimir Putin dengan meningkatkan kemungkinan sanksi Barat. Negara-negara Barat telah berusaha untuk mengisolasi Rusia secara ekonomi dan menghukumnya atas invasi, yang dimulai 24 Februari.
"Pembantaian Bucha disengaja," kata Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba di Twitter, Minggu.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menggambarkan gambar-gambar itu sebagai "pukulan di perut," sementara Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres menyerukan penyelidikan independen.
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan Rusia harus membayar "kejahatan perang". Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan pemerintahnya akan meningkatkan sanksi, serta dukungan militer dan kemanusiaan untuk Ukraina.
"Putin dan pendukungnya akan merasakan konsekuensinya," kata Kanselir Jerman Olaf Scholz, menambahkan bahwa sekutu Barat akan menyetujui sanksi lebih lanjut dalam beberapa hari mendatang.
Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht mengatakan Uni Eropa harus membahas pelarangan impor gas Rusia - penyimpangan dari penolakan Berlin sebelumnya terhadap gagasan embargo impor energi Rusia.
Selanjutnya: Rusia sebut adanya provokasi oleh radikal Ukraina di Bucha