TEMPO.CO, Jakarta -Para tokoh Indonesia dalam berbagai bidang, seperti budaya, seni, pendidikan, hingga pegiat HAM, menggelar aksi damai di depan gedung Kedutaan Besar Federasi Rusia Jakarta, Rabu, 30 Maret 2022. Mereka merespons krisis yang terjadi di Ukraina setelah satu bulan lebih invasi yang dilakukan oleh Rusia.
Bagi sebagian tokoh yang hadir, aksi 'Setangkai Kembang dan Satu Nyanyian' ini bak mengulang aksi anti perang 19 tahun lalu di tempat yang sama. Namun dengan pesan berbeda.
Pada Februari 2003, Sastrawan Goenawan Mohamad, yang menjadi salah seorang inisiator aksi hari ini, juga memprakarsai aksi anti penyerangan Amerika Serikat ke Irak. GM dan kolega yang bergabung dalam Komite Anti Perang, memprotes Kedutaan Besar AS di Jakarta, dengan mendatangi Kedubes Rusia serta Tiongkok untuk memberi apresiasi kepada dua negara ini karena menolak agresi militer AS saat itu.
Selain GM, Penulis Erry Riyana Hardjapamekas, dan Komposer Addie MS, adalah beberapa tokoh yang hadir dalam demonstrasi siang ini. Mereka semua kompak bersuara untuk mengetuk nurani para pengambil keputusan untuk mau menghentikan perang.
Acara dimulai pada pukul 14.00 WIB, Addie MS dan Twilite Orchestra membukanya dengan lagu 'Rayuan Pulau Kelapa' karya Ismail Marzuki dengan versi bahasa Rusia. Puluhan massa dengan baju putih yang membawa bunga mawar, hadir berpadu dalam harmoni menyanyikan lagu yang pertama kali dirilis pada tahun 1944 itu, walau harus melawan panas terik matahari.
Selanjutnya, Sastrawan Ayu Utami membacakan deklarasi damai dengan menggunakan bahasa Rusia seling bahasa Indonesia. Dalam pernyataannya, dia menyoroti nasib ribuan orang (termasuk anak-anak dan lansia), yang ketakutan, kehilangan, hingga tewas oleh peluru dan bom akibat perang ini.
"Mereka harus tinggal di lubang perlindungan berhari-hari, atau berjalan jauh ke negeri asing untuk mengungsi, di sela-sela keriuhan letupan senjata. Ribuan orang terancam kelaparan, membutuhkan bantuan medis, dan tak tahu lagi bagaimana akan hidup,” kata Ayu.
Penyair Laksmi Pamuntjak juga membacakan maklumat damai dalam bahasa Inggris dan satu puisi milik Joseph Brodsky. Salah satu isi pernyataannya, menyoroti kesengsaraan yang meluas akibat peperangan di Ukraina dengan menolak kesewenang-wenangan imperialisme, yang secara prinsip juga sebenarnya ditolak oleh Rusia.
"Kami berharap, kami menghimbau, bangsa yang hidup di bumi Rusia akan ikut dalam semangat dan keprihatinan ini. Keprihatinan hampir semua orang di dunia. Maka, kami berseru, kami mengajak siapa saja. Hentikanlah perang Ukraina!" imbuh Laksmi Pamuntjak. Aksi kemudian ditutup sekitar pukul 15.00 WIB oleh lagu 'Rayuan Pulau Kelapa' lagi.
Rusia menginvasi Ukraina telah berlangsung selama satu bulan lebih. Dampak dari serangan tersebut termasuk 3,8 juta orang Ukraina yang mengungsi ke luar negeri hingga ribuan warga sipil yang menjadi korban jiwa.
Konflik di medan peperangan sejauh ini masih terjadi. Akibatnya, hujan sanksi ekonomi terhadap Rusia juga diberlakukan oleh Barat.
Ukraina adalah negara pecahan eks Uni Soviet yang ingin bergabung dengan Uni Eropa dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Kehendak Ukraina itu dinilai Rusia dapat mengganggu keamanan dan keseimbangan di kawasan.
Baca juga: Selidiki Dugaan Kejahatan Perang Ukraina, PBB Tunjuk Tiga Pakar HAM
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.