TEMPO.CO, Jakarta - Wilayah Cocos Island juga disebut Kepulauan Coco atau Kepulauan Keeling, dan merupakan bagian dari wilayah negara Australia. Wilayahnya terletak di Samudra Hindia, di antara Australia dan Sri Lanka dan di barat daya Pulau Christmas.
Uniknya, kepulauan ini turut dihuni sebagian besaer orang-orang Jawa dan beberapa etbis Melayu Kalimantan. Usut punya usut, etnis Melayu dan Jawa dibawa Kapten John Clunies-Ross untuk memanen kelapa di Pulau Cocos pada 1827.
Berdasar World Atlas di alamat worldatlas.com, Kepulauan Cocos terdiri dari 27 pulau karang dengan hanya dua pulau karang yang berpenghuni yaitu West Island dan Home Island.
Pulau itu masing-masing disebut Cocos dan Keeling sejak 1622 dan 1703. Nama Cocos diambil dari pohon kelapa yang melimpah di pulau itu, sementara Keeling diambil dari nama William Keeling, kapten kapal VOC yang pertama kali melihat pulau tersebut pada 1691. Letak pulau kokos itu sekitar 1.000 kilomneter dari Jakarta.
Jawa Kokos di Pulau Cocos
Menurut perkiraan pada 2010, Pulau Cocos dihuni sekitar 600 penduduk yang tersebar di Pulau Barat dan Pulau Asal. Pulau Cocos didominasi dua ras: etnis Eropa sekitar 100 penduduk, dan etnis Melayu sebesar 500 penduduk dan sebagian besar dari Jawa yang disebut Jawa Kokos selain Bugis dan etnik Melayu Kalimantan lainnya yang berdomisili di Pulau Home Cocos. Sedangkan di West Island kebanyakan dihuni orang-orang dari Eropa.
Orang Melayu menetap di Pulau Cocos sejak 1826 ketika kolonialisasi dan pengusaha membawa budak asal Jawa dan Melayu ke pulau itu. Namun, pada tahun 1827 John Ross datang dengan lebih banyak orang Melayu ke Pulau Cocos, tujuannya untuk memanen kelapa.
Pada tahun 1978, keluarga Ross menjual pulau Cocos kepada pemerintah Australia. Sehingga budaya di pulau ini berkaitan erat dengan Melayu Malaysia. Cocos Melayu memiliki bahasa tersendiri yang disebut Basu Pulu kokos.
Ada dua agama besar yang dianut di Cocos Island, di wilayah Australia ini, yaitu Islam Sunni dan Kristen. Islam Sunni dianut orang Melayu, sementara Kristen dianut sebagian besar penduduk berdarah Eropa Australia. Adat istiadat mereka pun seperti kebanyakan orang Jawa dan Melayu, ada kain batik yang hanya digunakan pada ritual-ritual adat tertentu.
DELFI ANA HARAHAP
Baca: Bosan dengan Keramaian? Tiga Pulau ini Bisa Jadi Pilihan Wisata
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.