TEMPO.CO, Jakarta -Keputusan Presiden Korea Selatan terpilih Yoon Suk-yeol untuk meninggalkan kantor kepresidenan Gedung Biru dan memindahkan tempat kerja barunya di lokasi kompleks pertahanan militer di pusat kota Seoul, menuai perdebatan publik.
Yoon, yang dijuluki "Donald Trump dari Korea Selatan" mengatakan keputusan ini merupakan bagian dari janji kampanyenya. Kantor kepresidenan saat ini berada di Gedung Biru yang dalam bahasa Korea disebut Cheong Wa Dae. Kompleks ini terletak di lokasi terpencil di kaki gunung di utara Gwanghwamun.
Mantan jaksa tinggi konservatif mengatakan lokasi dan desain Gedung Biru adalah simbol kepresidenan "kekaisaran" yang memisahkan pemimpin negara dari publik.
“Saya tahu memindahkan kantor kepresidenan bukanlah hal yang mudah. Tapi jika saya mengingkari janji dengan rakyat (tentang relokasi) lagi, tidak ada presiden masa depan lain yang akan berusaha melakukannya. Saya telah membuat keputusan ini untuk masa depan negara," kata Yoon.
Namun, oposisi Partai Demokrat menuduh Yoon membuat langkah ini karena dipengaruhi oleh ahli fengshui.
Orang-orang yang percaya pada praktik fengshui mengaitkan sifat Gedung Biru yang “tidak menguntungkan.” Hal ini terkait dengan fakta bahwa empat dari enam presiden Korea Selatan dalam 25 tahun terakhir telah berakhir di penjara atau bunuh diri setelah meninggalkan kantor.
“Adapun lokasi kompleks pertahanan militer Korea Selatan di Yongshan adalah tempat yang diberkati, rendah hati namun menguntungkan,” kata kepala organisasi fengshui kepada Reuters awal pekan ini.
Baca juga: Presiden Baru Korea Selatan Pindahkan Kantor ke Kemenhan, Ada Apa?
SUMBER: THE INDEPENDENT
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.