TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson membandingkan perjuangan rakyat Ukraina dalam melawan Rusia, dengan keputusan negaranya untuk keluar dari Uni Eropa atau Brexit. Dalam pidatonya di konferensi Partai Konservatif di Blackpool, Inggris utara, pada Sabtu, 19 Maret 2022, Johnson mengatakan Inggris dan Ukraina adalah dua negara, yang sama-sama memiliki dorongan alamiah untuk bebas.
“Ketika sebagian besar masyarakat Inggris memilih Brexit, saya sulit mempercayai mereka dimusuhi orang asing dari jauh. Alasannya (lebih) karena mereka (warga Inggris) ingin bebas melakukan hal-hal yang berbeda dan agar negara ini bisa menjalankan dirinya sendiri, ”kata Johnson seperti dikutip dari Reuters, Senin, 21 Maret 2022.
Ucapan Johnson itu ternyata tidak membuat semua orang senang. Dia mendapat kecaman, termasuk dari anggota parlemennya sendiri karena perbandingan Brexit dan Ukraina.
Seorang wanita berjalan dengan sepeda di samping sebuah bangunan yang rusak selama konflik Ukraina-Rusia di kota Volnovakha yang dikuasai separatis di wilayah Donetsk, Ukraina 15 Maret 2022. REUTERS/Alexander Ermochenko
"Boris, kata-kata Anda menyinggung Ukraina, Inggris dan akal sehat," kata Presiden Dewan Eropa Donald Tusk di Twitter, Minggu, 20 Maret 2022.
Mantan negosiator Uni Eropa Guy Verhofstadt juga mengecam Johnson dengan menyebut komentar Johnson itu gila. Sedangkan Ketua Partai Demokrat Liberal Ed Davey menyarankan agar Perdana Menteri Johnson jangan menciptakan perpecahan.
“Membandingkan referendum dengan perempuan dan anak-anak yang berlindung dari bom Putin (Presiden Rusia) adalah penghinaan bagi setiap warga Ukraina,” tambah Davey.
Menteri Keuangan Inggris, Rishi Sunak, mengatakan di Sky News pada Minggu, 20 Maret 2022 bahwa dia tidak menganggap kedua situasi itu sebanding.
“Jelas mereka tidak analog secara langsung dan saya tidak berpikir Perdana Menteri mengatakan bahwa mereka juga analog secara langsung,” kata Sunak.
Sebagai anggota Blok Barat, Inggris mengecam operasi militer Rusia. Namun Inggris tidak mau terlibat perang militer langsung.
Inggris lebih memilih menjatuhkan sanksi, ketimbang ikut berperang. Diperkirakan, Inggris telah menjatuhkan sanksi pada 400 anggota parlemen Rusia.
Sumber: Aljazeera | Reuters
Baca juga: Disney di Shanghai Tutup Sementara karena Kasus Covid-19 Naik
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.