TEMPO Interaktif, Jakarta: 17 warga Cina Uighurs yang ditahan di pangkalan Angkatan Laut AS di Teluk Guantanamo, Kuba, minta dibebaskan segera menyusul kebijakan Presiden Barack Obama yang akan menutup kamp penjara itu dalam waktu satu tahun.
Pengacara untuk warga Uighurs itu telah mengirim surat ke Departemen Kehakiman dan Pertahanan dalam upaya untuk segera membebaskan klien mereka ke Amerika Serikat, sebuah langkah yang diputuskan pada Oktober oleh hakim federal. Pemerintahan Bush mengatakan pihaknya tidak lagi menganggap tahanan itu menjadi musuh perang.
"Masalah bagi pemerintahan Obama bukan tentang apakah warga Uighurs itu harus dibebaskan, namun ke mana mereka harus dibebaskan," ujar pengacaranya dalam surat mereka tertanggal 23 Januari. "Kami mendesak pemerintah untuk segera melepaskan warga Uighurs ke satu-satunya tempat mereka dapat dilepaskan - Amerika Serikat."
Cina telah meminta pengembalian tahanan Uighurs. Sementara Amerika Serikat telah meminta kepada negara-negara lain untuk menerima mereka dan tahanan lainnya karena ketakutan mereka mungkin disiksa di negara asalnya.
Obama menandatangani perintah pada 22 Januari yang mengarahkan pemerintahannya untuk mengambil langkah menutup penjara Guantanamo, yang menampung 245 tahanan.
"Dengan menerima warga Uighurs, kami akan mendorong negara lain untuk menerima jumlah yang signifikan dari tahanan Guantanamo yang dibebaskan namun mereka tidak dapat dikirim kembali ke negara mereka sendiri," tulis pengacara mereka dalam suratnya.
Tahanan Uighur berasal dari wilayah yang dikuasai Muslim di wilayah barat Cina yang disebut Xinjiang. Mereka tinggal di sebuah kamp di Afghanistan dan melarikan diri ketika pasukan koalisi yang dipimpin AS mengebom wilayah itu untuk menggulingkan rezim Taliban pada Oktober 2001. Mereka ditangkap dan diserahkan ke otoritas Pakistan, yang menyerahkan mereka ke AS.
Pengacara mereka mengatakan mereka dijual ke pasukan AS oleh para pemburu hadiah. Mereka ditahan di wilayah yang terpisah dan pengamanan kurang ketat dibandingkan tahanan lainnya di Guantanamo.
BLOOMBERG | ERWIN Z