TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe, menganjurkan Indonesia untuk memimpin Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia, sebagai respons konflik geopolitik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.
Ranil menyebut latar belakang historis Indonesia sebagai inisiator
KTT Asia Afrika Bandung dan saat ini menjadi ketua G20 merupakan beberapa faktor yang menunjukkan peran penting dalam mencegah dampak invasi Rusia terhadap Ukraina.
"Indonesia, bersama dengan Cina, India, dan Uni Emirat Arab, (Saya sarankan) untuk mengadakan konferensi seluruh negara Asia," kata Ranil dalam sebuah wawancara belum lama ini, dikutip dari kanal UNP Central Media Unit pada Senin, 7 Maret 2022.
Menurut Ranil, semua pihak akan terpengaruh secara ekonomi oleh konflik Rusia dan Ukraina ini. Tetapi, di sinilah kesempatan Asia untuk menentukan sikapnya sendiri.
"Saya merasa bahwa kita harus melihat sistem alternatif. Dalam 10 tahun Asia mampu menertibkannya," ujar Ranil.
Politisi United National Unity itu menilai jika kekuatan Barat karena meruntuhkan tatanan global yang mereka bangun sendiri. Dalam pandangan Ranli, Cina, Uni Emirat Arab, dan India, adalah beberapa negara yang sudah mencoba sistem lain.
"Saya pikir bahkan Afrika akan bergabung dan di situlah kekuatan Barat kehilangan semua yang dimilikinya," tutur Ranli.
Invasi Rusia terhadap Ukraina telah berlangsung selama sepekan lebih. Konflik terus meninggi dan situasi makin memburuk, sekaligus menandakan belum adanya solusi atas krisis ini.
Blok Barat ramai-ramai menjatuhkan sanksi terhadap
Rusia, di antaranya memblokir akses pembayaran SWIFT Internasional. SWIFT atau Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication adalah jaringan pesan global yang digunakan bank untuk melakukan pembayaran lintas batas.