TEMPO.CO, Jakarta - Perang Rusia Ukraina telah berlangsung lebih dari sepekan. Pada awal perang, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa kekuatan nuklir negara harus disiagakan. Pernyataan itu meningkatkan kekhawatiran bahwa invasi Rusia ke Ukraina dapat meningkatkan eskalasi nuklir.
Dalam sebuah dokumen dirilis pada 2020 tentang "Prinsip Dasar Kebijakan Negara Federasi Rusia tentang Pencegahan Nuklir." Dokumen tersebut menyatakan bahwa Presiden Rusia mengambil keputusan untuk menggunakan senjata nuklir.
Presiden Putin membawa tas kecil yang dikenal dengan nama Cheget kemana pun ia pergi. Tas Putin itu disimpan di dekat presiden yang menghubungkannya dengan jaringan komando dan kendali pasukan nuklir strategis Rusia.
Cheget tidak memiliki tombol nuklir melainkan mengirimkan perintah peluncuran ke komando militer pusat yaitu ke Staf Umum. Staf Umum Rusia memiliki akses ke kode peluncuran dan memiliki dua metode peluncuran hulu ledak nuklir.
Akses itu dapat mengirim kode otorisasi ke komandan senjata individu, yang kemudian akan menjalankan prosedur peluncuran. Ada juga sistem cadangan, yang dikenal sebagai perimetri, yang memungkinkan Staf Umum untuk secara langsung memulai peluncuran rudal darat, melewati semua pos komando langsung.
Putin mengatakan pada akhir pekan lalu bahwa kekuatan nuklir negara itu harus disiagakan tinggi. Hari berikutnya, Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan bahwa Rusia telah meningkatkan tugas tempur pasukan rudal nuklirnya.
Istilah tugas tempur yang ditingkatkan, atau khusus, tidak muncul dalam doktrin nuklir Rusia. Hal ini membuat para ahli militer bingung tentang artinya.
Pavel Podvig, seorang peneliti senior di Institut Penelitian Perlucutan Senjata Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa, mengatakan di Twitter bahwa perintah itu mungkin telah mengaktifkan sistem komando dan kontrol nuklir Rusia. Pada dasarnya pernyataan Putin itu membuka saluran komunikasi untuk setiap perintah peluncuran nuklir. Bisa juga pernyataan Putin berarti Rusia menambahkan staf ke fasilitas nuklir.
Federasi Ilmuwan Amerika memperkirakan bahwa Rusia memiliki 5.977 hulu ledak nuklir, lebih banyak dari negara lain mana pun. Dari jumlah tersebut, 1.588 dikerahkan dan siap digunakan.
Rudalnya dapat ditembakkan dari darat, oleh kapal selam dan pesawat terbang. Putin mengawasi uji terkoordinasi kekuatan nuklir Rusia pada 19 Februari 2022 tak lama sebelum memerintahkan pasukan ke Ukraina.
Hingga kini Rusia belum pernah menggunakan kekuatan nuklir. Sampai saat ini, satu-satunya penggunaan senjata nuklir selama konflik adalah bom atom yang dijatuhkan di kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang oleh Amerika Serikat pada tahun 1945, pada akhir Perang Dunia Kedua.
Baca: Kepala Putin Dihargai Rp 14 Miliar oleh Pengusaha Rusia: Tangkap Hidup atau Mati
REUTERS