TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 141 dari 193 anggota Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa setuju atas dikeluarkannya resolusi yang menuntut Rusia untuk segera mengakhiri serangannya di Ukraina. Sidang ini digelar di Gedung PBB di New York, Rabu, 2 Maret 2022.
Indonesia termasuk di antara 141 yang mendukung resolusi tersebut.
Adapun lima negara yang menolak resolusi adalah Rusia, Belarus, Eritrea, Korea Utara dan Suriah. Sedangkan 34 negara abstain termasuk Cina, India, dan Pakistan.
Hasil pemungutan suara Majelis Umum PBB terhadap resolusi teguran agar Rusia menghentukan invasi ke Ukraina, 2 Maret 2022. (Twitter/@ZelenskyyUa)
Anggota PBB dengan suara bulat menegur Rusia karena menyerang Ukraina dan menuntut agar Moskow berhenti berperang dan menarik pasukan militernya, sebuah tindakan yang bertujuan untuk secara diplomatis mengisolasi Rusia di badan dunia itu.
Resolusi tersebut, yang didukung oleh 141 dari 193 anggota majelis itu, disahkan dalam sesi darurat langka yang diadakan oleh Dewan Keamanan PBB sementara pasukan Ukraina berjuang untuk mempertahankan pelabuhan Kherson dalam menghadapi serangan udara dan pemboman dahsyat yang memaksa ratusan ribu orang mengungsi.
Teks resolusi menyesalkan "agresi Rusia terhadap Ukraina." Terakhir kali Dewan Keamanan mengadakan sesi darurat Majelis Umum adalah pada tahun 1982, menurut situs web PBB.
Meskipun resolusi Majelis Umum tidak mengikat, mereka membawa bobot politik, dengan pemungutan suara hari Rabu mewakili kemenangan simbolis untuk Ukraina dan meningkatkan isolasi internasional Moskow. Bahkan sekutu tradisional Rusia, Serbia, memberikan suara menentangnya.
"Seperti yang diketahui 141 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, lebih banyak yang dipertaruhkan bahkan daripada konflik di Ukraina sendiri. Ini adalah ancaman bagi keamanan Eropa dan seluruh tatanan berbasis aturan," kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken kepada wartawan setelah pemungutan suara.
Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Linda Thomas-Greenfield mengatakan kepada majelis bahwa Rusia siap untuk mengintensifkan kebrutalan serangannya dan mendesak anggotanya untuk meminta pertanggungjawaban Moskow atas pelanggaran hukum internasionalnya.
Dia mengutip video pasukan Rusia yang memindahkan senjata berat ke Ukraina, termasuk munisi tandan dan bom vakum, yang dilarang berdasarkan hukum internasional.
"Ini adalah momen yang luar biasa," katanya. "Sekarang, lebih dari titik lain dalam sejarah baru-baru ini, PBB sedang ditantang."
Berikutnya: Tanggapan Rusia