TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Transportasi Malaysia akan berkonsultasi dengan Biro Keselamatan Transportasi Australia ATSB untuk meninjau penelitian insinyur penerbangan Inggris Richard Godfrey tentang adanya petunjuk baru dalam pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang hampir 8 tahun lalu.
Kementerian menyatakan, Australia saat ini sedang mempelajari dokumen Godfrey, tetapi tidak dapat mengomentari validitas penilaiannya tanpa peninjauan dan verifikasi pihak ketiga.
“Setiap diskusi lebih lanjut dengan pemerintah Cina dan Australia akan diadakan berdasarkan bukti yang kredibel yang dapat mengarah pada hasil pencarian baru untuk pesawat yang hilang," demikian pernyataan pers Kementerian Transportasi Malaysia seperti dikutip Free Malaysia Today, Jumat, 18 Februari 2022.
“Kementerian tetap bersimpati kepada anggota keluarga korban. Pertimbangan dan studi yang cermat akan diberikan untuk setiap bukti kredibel baru yang mungkin diajukan,” katanya.
ATSB sebelumnya menyatakan bahwa mereka telah meminta pihak ketiga meninjau data pencarian untuk memvalidasi ulang. Mereka juga menyatakan bahwa tidak ada item menarik yang terdeteksi dalam pencarian sebelumnya berdasarkan kertas dan cara kerja Godfrey “MH370 Flight Path”.
ATSB mengatakan temuan tinjauan diharapkan akan dirilis dalam beberapa minggu ke depan.
ATSB menambahkan bahwa setiap keputusan untuk melakukan pencarian lebih lanjut untuk MH370 akan menjadi masalah bagi pemerintah Malaysia. Sejauh ini belum ada permintaan untuk mendukung pencarian baru pesawat yang hilang tersebut.
Pesawat Boeing 777 MH370 berangkat dari Kuala Lumpur dengan 239 orang di dalamnya pada 8 Maret 2014. Sekitar 40 menit kemudian, penerbangan ke Beijing itu dialihkan dari rute yang dijadwalkan dan terbang menuju Samudra Hindia selatan sebelum menghilang dari radar.
Richard Godfrey, 71 tahun, mengklaim bahwa dia telah menemukan tempat jatuhnya jet itu, yaitu di dasar laut sekitar 1.200 mil sebelah barat Perth, Australia Barat. Dia memiliki teori tentang bagaimana MH370 berakhir di sana.
Insinyur kedirgantaraan ini percaya pilot Kapten Zaharie Ahmad Shah memiliki motif politik. “Pandangan saya saat ini adalah bahwa kapten membajak dan mengalihkan pesawatnya sendiri,” katanya kepada The Times, 5 Desember 2021