TEMPO.CO, Jakarta - Kanselir Jerman Olaf Scholz terbang ke Kyiv, Senin, 14 Februari 2022, untuk bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy guna menunjukkan solidaritas dan membantu mencegah perang di Eropa menyusul kekhawatiran akan terjadinya invasi Rusia.
Perjalanan itu merupakan bagian dari serangkaian upaya diplomatik untuk meredakan krisis melalui dialog dan ancaman sanksi terhadap Rusia jika menyerang Ukraina.
Pada Selasa, Scholz akan terbang ke Moskow untuk bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Kanselir, yang mulai menjabat pada bulan Desember, meningkatkan keterlibatannya dalam krisis Ukraina selama seminggu terakhir setelah masyarakat Jerman mempertanyakan perannya dalam salah satu krisis keamanan terburuk di Eropa ini.
"(Perjalanan ini) tentang bagaimana kita dapat menemukan cara untuk memastikan perdamaian di Eropa," kata Scholz kepada wartawan pada hari Minggu, dengan mengatakan bahwa penempatan sekitar 100.000 tentara Rusia di perbatasan Ukraina merupakan "ancaman yang sangat, sangat serius".
Moskow membantah berencana untuk menyerang Ukraina, tetapi mengatakan pihaknya dapat mengambil tindakan "teknis militer" yang tidak ditentukan kecuali serangkaian tuntutan dipenuhi, termasuk janji dari NATO untuk tidak pernah mengakui Ukraina dan menarik pasukan dari Eropa Timur.
Sebuah sumber pemerintah Jerman mengatakan Scholz dan Zelenskiy akan mengukur di mana mereka berdiri setelah pembicaraan "Format Normandia" pekan lalu antara perwakilan Ukraina, Rusia, Prancis dan Jerman, dan bagaimana mereka dapat memajukan dialog.
Moratorium kelayakan Ukraina untuk bergabung dengan NATO tidak ada dalam rencana Jerman, kata sumber itu.
Ukraina dapat mengandalkan solidaritas Jerman, terutama melalui bantuan keuangan untuk membantu menstabilkan ekonominya, kata Scholz pada Minggu.
Pejabat Ukraina secara terbuka mengkritik Jerman karena menolak menjual senjata ke Kyiv - Berlin berpendapat itu tidak bisa karena sejarah abad ke-20 yang berdarah - dan atas keengganannya untuk menghentikan proyek pipa gas Rusia-Jerman yang kontroversial.
Ukraina serta sekutu Barat berpendapat pipa Nord Stream 2, yang dibangun tetapi belum beroperasi, akan memungkinkan Rusia untuk memotong Ukraina dari pasokan energi Eropa dan membuatnya lebih rentan terhadap invasi Rusia.
Dalam beberapa pekan terakhir, Scholz telah memperkeras retorikanya tentang kerugian bagi Rusia dari setiap serangan baru ke Ukraina. Namun dia tidak pernah menyinggung untuk mengakhiri Nord Stream 2.
Reuters