TEMPO.CO, Jakarta - Hingga Jumat, 11 Februari 2022, obat antibodi Covid-19 yang diyakini efektif melawan varian Omicron yaitu Sotrovimab dari Vir Biotechnology dan GSK. Namun sebuah penelitian menunjukkan bahwa obat ini tidak mungkin bekerja dengan baik terhadap setidaknya satu versi baru varian yang menyebar secara global.
Obat antibodi yang telah disetujui oleh Badan Makanan dan Obat-obatan AS FDA ini, menunjukkan harapan ketika diuji terhadap "sublineage," atau subvarian dari Omicron.
Organisasi Kesehatan Dunia WHO sedang memantau beberapa subvarian Omicron. Data yang diunggah pada Rabu, 9 Februari 2022, di bioRxiv menjelang peer review, menunjukkan bahwa subvarian BA.2 yang menyebar dengan cepat "menunjukkan resistensi yang nyata" terhadap Sotrovimab dalam eksperimen laboratorium, kata para peneliti.
GSK yang berbasis di Inggris mengumumkan pada hari Kamis, tanpa merilis data apa pun, bahwa obatnya tetap memiliki kemampuan untuk menetralkan BA.2 dalam tabung reaksi.
David Ho dari Universitas Columbia, peneliti senior dalam laporan bioRxiv, mengatakan penelitiannya "juga menunjukkan bahwa sotrovimab masih memiliki aktivitas melawan BA.2. Tetapi aktivitasnya turun secara substansial, 27 kali lipat seperti yang dinyatakan dalam pracetak kami".
Dalam percobaan berulang, penurunan itu bahkan lebih terasa, katanya tentang pengujian yang dilakukan setelah makalah diserahkan.
Obat lain yang disetujui pada Jumat yaitu Bebtelovimab dari Eli Lilly, tetap ampuh dalam menetralkan semua subvarian Omicron, kata tim Ho.
Dua obat antibodi dari AstraZeneca yaitu cilgavimab dan tixagevimab tetap efektif melawan BA.2, tetapi mereka hanya disetujui untuk mencegah COvid-19 dalam keadaan tertentu, bukan untuk mengobatinya.
Berikutnya: Turunnya pertahanan kekebalan Omicron