Konsumsi swasta menyumbang lebih dari setengah PDB Jepang. Tetapi rumah tangga mungkin hanya menghabiskan 10 persen dari uang stimulus dan menabung sisanya, kata Koya Miyamae, ekonom senior di SMBC Nikko Securities.
Ketidakamanan ekonomi membuat konsumsi tetap datar, kata Miyamae, dan lonjakan infeksi Omicron baru-baru ini juga membuat orang ragu untuk berbelanja.
Ekonom lain, Hideo Kumano dari Dai-ichi Life Research Institute, memperkirakan bahwa sekitar 75% dari BLT akan berakhir sebagai tabungan, meskipun ia memperingatkan bahwa jumlah itu bisa lebih tinggi jika orang tua memutuskan menyisihkan lebih banyak untuk pendidikan anak-anak mereka.
Kekhawatiran bahwa uang akan berakhir di tabungan mendorong beberapa kotamadya untuk membayar setengah dari stimulus dalam bentuk voucher. Tokyo bukan salah satunya.
Pembayaran tunai terpisah untuk semua penduduk Jepang pada awal pandemi menghasilkan sekitar 27 persen dari uang yang dihabiskan, menurut survei Juli 2020 oleh Mitsubishi Research Institute.
Nambus menerima 1 juta yen atau Rp124 juta untuk sembilan anaknya. Mereka awalnya tergoda dengan gagasan perjalanan keluarga semalam ke sebuah hotel yang dikelola oleh lingkungan kota mereka. Namun berhematlah yang menang, meskipun mereka menghabiskan sekitar Rp3 juta untuk sushi dan es krim.
Mereka juga akan menggunakan sebagian uangnya untuk membeli tas sekolah dan pakaian olahraga untuk Keifu, 6 tahun, yang akan mulai masuk sekolah dasar pada bulan April. Pakaian olahraga lungsuran sudah terlalu tipis setelah dipakai oleh enam kakakya.
REUTERS