Di sebuah bukit kecil padang pasir di ujung desa Barahma, pemandangan terlihat luas dan bisa dilihat langit Palestina yang kelabu tertutup awan mesiu dari bombardir tentara Israel. Berbahaya berdiri di tempat terbuka di perbatasan ini, salah-salah peluru Israel bisa mengarah.
Suasana mencekam diutarakan salah satu penduduk Barahma, Rasyid yang mengatakan bahwa hidupnya tak tenang dengan suasana bising bom dan debu dari bom yang mengotori pakaian yang sedang dijemurnya. “Kami tidak bisa tidur nyenyak karena sebentar-sebentar suara bom. Kami tidak bisa bekerja, anak-anak kami sedang ujian, belum lagi suara pesawat Israel yang bising membuat suasana mencekam.”
Separuh penduduk sudah memilih mengungsi dari tempat tinggalnya di Barahma. Ada pula yang masih bertahan karena menunggu anak-anaknya yang masih ujian sekolah. Setiap hari, siang dan malam, perbatasan Gaza ini dilalui patroli udara Israel. “Bayangkan apa bisa hidup dengan suasana seperti ini terus menerus, saya hanya menunggui anak saya selesai ujian, kemudian saya akan menyusul Ismailiya,” ujar Rasyid, yang mempunyai istri dan dua anak ini.
Di langit tampak bersliweran pesawat Israel. Namun ada yang terlihat aneh, dengan benda hitam yang mengambang di langit Barahma. Ternyata helikopter Apache, sebuah helikopter serbu bikinan Amerika Serikat yang menjadi salah satu andalan Israel dalam memborbardir Gaza.
Helikopter ini, mulai sering terlihat di perbatasan Raffah. Kecanggihannya, terlihat dari kemunculannya yang tiba-tiba dan kepergiannya yang tak terduga. “Dia seperti angin yang datang tanpa suara dan pergi tanpa bekas," ujar Abdulah, seorang sopir taksi di perbatasan.
AKBAR PRIBADI BRAHMANA AJI