TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 8.500 tentara AS dalam posisi siap siaga untuk dikerahkan ke Eropa jika diperlukan. Ini menjadi upaya terbaru Presiden Joe Biden untuk meyakinkan sekutu NATO yang gelisah dalam menghadapi penumpukan pasukan militer Rusia di dekat Ukraina.
Meskipun keputusan itu tidak meningkatkan dukungan AS ke Ukraina, yang bukan bagian dari aliansi NATO, penyiapan pasukan itu mendukung persiapan NATO mengimbangi pengerahan pasukan Rusia untuk kemungkinan invasi ke Ukraina.
Juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan sebagian besar dari 8.500 tentara AS sedang diberitahu tentang perintah siap dikerahkan sehingga mereka bisa mengisi jajaran pasukan respon cepat NATO, jika aliansi memanggil mereka untuk bertugas.
Tetapi Kirby menekankan bahwa Menhan Lloyd Austin juga menginginkan jumlah pasukan yang tidak ditentukan "siap untuk kemungkinan lain juga."
"Apa yang terjadi sekarang adalah membuat mereka siap dalam waktu yang lebih pendek," kata Kirby dalam jumpa pers di Washington, Senin, 24 Januari 2022.
"Hari ini, kami tidak berbicara tentang perintah penempatan. Kami tidak memiliki perintah penempatan untuk dibicarakan."
NATO memiliki NATO Response Force (NRF) sebagai "kekuatan multinasional yang sangat siap dan berteknologi maju yang terdiri dari komponen darat, udara, maritim, dan Pasukan Operasi Khusus (SOF) yang dapat dikerahkan aliansi dengan cepat, di mana pun dibutuhkan."
NATO meningkatkan NRF pada 2014 dengan menciptakan "kekuatan ujung tombak" di dalamnya, yang dikenal sebagai Satuan Tugas Gabungan Kesiapan Sangat Tinggi.
Pasukan AS yang diminta siaga pada Senin termasuk tim tempur brigade tambahan, personel logistik, dukungan medis, dukungan penerbangan, dan pasukan yang terlibat dengan misi intelijen, pengawasan dan pengintaian.
Pengumuman itu datang pada hari yang sama dengan pernyataan NATO menempatkan pasukan dalam keadaan siaga dan memperkuat Eropa timur dengan lebih banyak kapal dan jet tempur, dan juga dapat mengirim pasukan tambahan ke sisi tenggara, dalam apa yang dikecam Rusia sebagai peningkatan ketegangan di Ukraina.
Sejauh ini, NATO memiliki sekitar 4.000 tentara di batalyon multinasional di Estonia, Lituania, Latvia dan Polandia, didukung oleh tank, pertahanan udara dan unit intelijen dan pengawasan.
Rusia membantah merencanakan invasi. Tetapi, setelah merekayasa krisis dengan mengepung Ukraina dengan pasukan dari utara, timur dan selatan, Moskow sekarang mengutip tanggapan Barat sebagai bukti untuk mendukung narasinya bahwa Rusia adalah target agresi, bukan penyulut.
Kirby mengatakan Rusia dapat secara mudah meredakan krisis dengan menarik kembali pasukannya. "Sangat jelas bahwa Rusia saat ini tidak memiliki niat untuk mengurangi eskalasi," kata Kirby.
REUTERS