TEMPO.CO, Jakarta -Iran untuk pertama kalinya menunjukkan kesediaan untuk membuka saluran diplomatik langsung dengan Amerika Serikat, guna melakukan pembahasan kesepakatan nuklir. Hal ini dilaporkan kantor berita Iran, IRNA pada Senin waktu setempat.
Seperti dilansir France24, Selasa 25 Januari 2022, kesediaan Iran dilengkapi dengan prasyarat, bahwa dimulainya kembali dialog dengan Washington harus beralih ke kesepakatan yang lebih baik.
Pemimpin tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei, yang memiliki keputusan akhir tentang semua masalah negara, melarang negosiasi apa pun dengan AS.
Ia menegaskan negosiasi dengan Washington akan merugikan Teheran. Langkah ini diambil setelah Presiden AS saat itu, Donald Trump, membatalkan sepihak kesepakatan nuklir Iran yang diteken pada 2015.
Namun, pada awal bulan ini, Khamenei secara tidak langsung memberikan sinyal kepada tim negosiasi Iran untuk berbicara dengan AS. Ia mengatakan bernegosiasi dan berinteraksi dengan musuh tidak berarti menyerah.
“Jika selama proses negosiasi kami sampai pada titik, di mana mencapai kesepakatan yang baik dengan jaminan yang solid membutuhkan pembicaraan langsung dengan Amerika Serikat, maka kami tidak akan mengabaikannya dalam jadwal kami,” kata Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian.
Iran dan kekuatan dunia sejak tahun lalu telah memulai pembicaraan nuklir di Wina, Austria yang bertujuan untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015 yang hancur. Pertemuan tersebut mencakup semua penandatangan kesepakatan yang tersisa—Iran, Inggris, Prancis, Jerman, Rusia dan Cina.
Amerika Serikat juga berpartisipasi secara tidak langsung dalam pembicaraan yang sedang berlangsung, tetapi Washington telah mengatakan pada beberapa kesempatan bahwa mereka lebih suka mengadakan pembicaraan langsung.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada pekan lalu mengatakan pembicaraan dengan Iran berada pada titik krusial. Ia memperingatkan, Washington dan sekutunya dapat mengubah taktik jika kesepakatan tidak tercapai dalam beberapa minggu mendatang.
Iran berkukuh melakukan program nuklir untuk tujuan damai. Tetapi langkah-langkah negara itu menjauh dari kewajibannya berdasarkan perjanjian 2015 telah membuat khawatir negara kekuatan dunia lainnya, teruata musuh bebuyutannya, Israel.
Baca juga: Presiden Iran Kembali Tolak Dialog dengan Amerika Serikat
SUMBER: FRANCE24
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.