TEMPO.CO, Jakarta - Berita Top 3 Dunia pada Senin, 24 Januari 2022, membahas tentang Dirut Pfizer bahwa vaksin Covid-19 lebih efektif melawan virus corona jika diberikan tahunan dibandingkan suntikan booster.
Kasus Rohana Abdullah, yang ditinggalkan ibunya di Malaysia saat masih bayi, tetap menjadi sorotan pembaca. Kali ini topiknya adalah tentang alasan ibunya meninggalkan dia dan menitipkannya ke seorang guru dari etnis Tionghoa.
Berita menarik lain adalah tentang Singapura yang sedang menghadapi kasus besar Omicron dengan anak-anak mendominasi ruang rawat inap rumah sakit.
1. Bos Pfizer Sarankan Vaksinasi Covid-19 Tahunan, Bukan Suntikan Booster
Direktur Utama Pfizer Inc Albert Bourla menyarankan agar masyarakat mendapatkan vaksin Covid-19 tahunan dibandingkan suntikan vaksin booster dalam memerangi pandemi virus corona.
Dalam sebuah wawancara dengan N12 News Israel, Bourla ditanya soal suntikan booster teratur setiap 4-5 bulan. "Ini bukan skenario yang baik. Saya berharap Anda bisa mendapatkan suntikan vaksin setahun sekali," kata Bourla menjawab pertanyaan itu.
"Setahun sekali lebih mudah meyakinkan orang untuk melakukannya. Lebih mudah diingat orang. Jadi dari perspektif kesehatan masyarakat, ini adalah situasi yang ideal," ujarnya.
Barla juga mengatakan Pfizer berencana membuat vaksin yang khusus mampu melawan varian Omicron. "Tapi tidak melupakan varian lain. Itu bisa menjadi solusi," kata Bourla.
Berita selengkapnya bisa Anda simak di sini
2. Ibu Kandung Rohana Abdullah Ungkap Alasan Tinggalkan Anaknya di Malaysia
Ibu kandung Rohana Abdullah, Salimah Osman, 52 tahun, mengungkapkan alasannya meninggalkan sang anak saat berusia dua bulan di Malaysia. Salimah adalah tenaga kerja wanita atau TKW asal Indonesia di Malaysia. Saat itu ia bekerja sebagai petugas kebersihan di taman kanak-kanak tempat ibu angkat Rohana bekerja, Chee Hoi Lan.
Saat menitipkan anaknya, Salimah berpesan kepada Chee Hoi Lan agar membesarkan Rohana sebagai muslim. Dia mengatakan kepada Chee bahwa izin kerjanya telah habis. Ia pun harus kembali ke Indonesia.
Menurut Salimah, saat itu dia tidak punya pilihan karena dia tidak ingin masuk daftar hitam di Malaysia karena tinggal secara ilegal hingga melebihi batas waktu. Dia pun menyerahkan anaknya untuk dirawat oleh wanita itu.
Berita selengkapnya bisa Anda simak di sini
3. Singapura Dihantam Omicron, Anak-anak Dominasi Pasien Covid yang Dirawat di RS
Anak-anak di bawah usia 12 tahun mendominasi pasien rawat inap di Singapura akibat varian Omicron Covid-19. "Jumlah keseluruhan anak-anak di bawah usia 12 tahun yang terinfeksi Covid-19 lebih tinggi dibandingkan jumlah keseluruhan kasus aktif," kata Direktur Layanan Medis Kementerian Kesehatan Singapura, Kenneth Mak pekan lalu.
Menurut Mak, anak-anak lebih sensitif terhadap peradangan di saluran udara bagian atas. Omicron disebutkan mempengaruhi saluran udara bagian atas pada orang yang terinfeksi.
"Anak-anak sangat sensitif terhadap peradangan di saluran udara bagian atas dan ini dapat menyebabkan mengi dan kegelisahan,” katanya. "Jadi lebih banyak anak dengan infeksi Omicron dirawat. Untungnya mereka tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit atau perawatan di ICU yang lama."
Berita selengkapnya bisa Anda simak di sini