TEMPO.CO, Jakarta -Pengadilan Tinggi Inggris pada Senin 24 Januari 2022 akan memutuskan apakah pendiri situs WikiLeaks Julian Assange diizinkan banding ke Mahkamah Agung atas putusan ekstradisi ke Amerika Serikat pada Desember lalu.
Pengadilan akan memutuskan apakah akan mengizinkan Assange—yang menghadapi 18 dakwaan terkait dengan pelepasan setengah juta file rahasia Amerika Serikat—untuk mengajukan banding atas keputusan ekstradisi terkait “kepentingan publik”.
Putusan Pengadilan Tinggi pada 10 Desember lalu menuai kemarahan internasional karena mengizinkan pemerintah Ingrris untuk mengekstradisi warga Australia berusia 50 tahun itu ke Amerika Serikat.
Putusan itu tersebut menganulir putusan seorang hakim Inggris bahwa ekstradisi dan proses penagdilan di Negeri Abang Sam akan merusak kesehatan mental Assange dan dapat memicu tindakan bunuh diri.
Washington ingin Assange diadili atas publikasi WikiLeaks pada 2010 tentang dokumen militer rahasia yang berkaitan dengan perang AS di Afghanistan dan Irak. Dia terancam hukuman penjara hingga 175 tahun di Amerika Serikat, meskipun hukuman pastinya sulit diperkirakan.
Pada sidang dua hari Oktober lalu, pengacara AS menegaskan jaminan diplomatik bahwa Assange tidak akan ditahan dengan hukuman isolasi di penjara super federal, dan akan menerima perawatan yang sesuai.
Menyetujui banding, dua hakim di Pengadilan Tinggi di London, Inggris menerima jaminan baru itu. “Kami tidak biasa dengan kasus tersebut dan menerima usaha serius yang ditawarkan oleh pemerintah AS".
Jika Assange kalah pada hari hari ini, kasus tersebut akan dikembalikan ke Pengadilan Magistrat Westminster, dengan arahan kasus tersebut akan dikirim ke Menteri Dalam Negeri Priti Patel untuk mengambil keputusan akhir.
Assange ditahan di penjara Belmarsh, London, sejak 2019, meskipun telah menjalani hukuman sebelumnya karena melanggar persyaratan jaminan dalam kasus terpisah.
Dia menghabiskan tujuh tahun di kedutaan Ekuador di London untuk menghindari dipindahkan ke Swedia. Upaya ini untuk menghindari tuduhan penyerangan seksual yang kemudian dibatalkan.
Koalisi kelompok anti-perang dan ribuan aktivis perdamaian pada Jumat lalu meneken pernyataan yang menyerukan pembebasan segera Assange.
Nathan Fuller, direktur Yayasan Keberanian, mengatakan: "Mengunci Julian Assange karena mengungkap kebenaran tentang perang Amerika Serikat adalah penghinaan bagi semua orang yang berjuang untuk perdamaian dan hak asasi manusia."
Baca juga: Pendiri Wikileaks Julian Assange Kena Stroke Ringan, Terancam Diekstradisi ke AS
SUMBER: REUTERS
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.