TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Finlandia, Sanna Marin, bersikukuh tidak akan bergabung dengan NATO meski negaranya punya pengalaman buruk berhubungan dengan Rusia dan diimbau langsung oleh Presiden AS Joe Biden.
Namun ia menegaskan siap mendukung Eropa dan Amerika Serikat menjatuhkan sanksi ke Rusia jika negara itu menyerang Ukraina.
"Itu akan memiliki dampak yang sangat besar dan sanksinya akan sangat berat," kata Marin kepada Reuters dalam sebuah wawancara, Rabu, 19 Januari 2022.
Marin mengatakan "sangat tidak mungkin" Finlandia akan mengajukan keanggotaan NATO selama masa jabatannya.
Negara Nordik ini berbagi perbatasan 1.340 km dan mempunyai sejarah yang sulit dengan Rusia dan Uni Soviet, termasuk bentrokan selama Perang Dunia Kedua, tetapi telah memilih untuk hanya bekerja sama dengan aliansi keamanan Barat daripada bergabung.
Pada hari Selasa, Presiden AS Joe Biden menelepon Presiden Finlandia Sauli Niinisto untuk berbicara dengannya untuk kedua kalinya dalam sebulan untuk membahas "pentingnya kemitraan pertahanan erat Finlandia dengan Amerika Serikat dan dengan NATO", tulis kantor Biden dalam sebuah pernyataan.
Marin bungkam tentang telepon Biden itu, tetapi mengatakan dia yakin negara-negara lain menghargai fakta bahwa Finlandia telah lama mempertahankan hubungan "fungsional" dengan Rusia.
Marin mengatakan Finlandia tetap teguh pada pendiriannya bahwa mereka memiliki hak untuk bergabung dengan NATO suatu hari nanti jika mereka memutuskan demikian.
"Tidak ada yang bisa mempengaruhi kami, bukan Amerika Serikat, bukan Rusia, bukan orang lain," katanya.
Finlandia pada bulan Desember memilih jet tempur F-35 sejalan dengan kebijakan pertahanannya yang kompatibel dengan negara-negara NATO.
Finlandia perlu menunjukkan dukungan publik yang substansial untuk bergabung dengan NATO agar dapat diberikan keanggotaan.
Dalam jajak pendapat baru-baru ini oleh harian terbesar Finlandia Helsingin Sanomat, 28 persen responden ingin Finlandia bergabung dengan NATO, 42 persen menentang dan sisanya tidak yakin, yang berarti kenaikan 8 poin persentase dukungan untuk bergabung ke NATO dibandingkan jajak pendapat terakhir pada 2019.
"Secara keseluruhan, saya percaya diskusi NATO akan meningkat di tahun-tahun mendatang," kata Marin.