TEMPO.CO, Jakarta - Serangan udara yang dipimpin Arab Saudi untuk melawan militan Houthi di Ibu Kota Sanaa, Yaman, menewaskan setidaknya 20 orang. Diantara korban tewas itu adalah warga sipil dan menjadi serangan udara paling mematikan sejak 2019.
Negara tetangga Yaman dan sember di kesehatan Yaman menyebut sekitar 14 orang tewas ketika pesawat-pesawat koalisi menyerang rumah seorang pejabat tinggi kelompok Houthi. Diantara korban tewas itu adalah istri pejabat tersebut dan putranya.
Serangan udara mematikan itu diumumkan oleh Houthi lewat media milik mereka dan dibenarkan oleh warga sekitar. Serangan udara tersebut bisa dikatakan serangan balasan atas serangan drone dan rudal pada Senin, 17 Januari 2022, yang dilakukan militan Houthi. Serangan pada Senin kemarin tersebut, diklaim menewaskan tiga orang.
Koalisi militer pimpinan Arab Saudi mengatakan mereka telah mencegat delapan drone yang ditembakkan kelompok radikal Houthi pada Senin, 17 Januari 2022.
Sekjen PBB Antonio Guterres mengutarakan kekhawatiran dan menyayangkan serangan udara tersebut. juru biara Guterres, Stephane Dujarric, mengatakan Guterres mengutuk serangan drone dan rudal yang diarahkan ke Uni Emirat Arab oleh kelompok Houthi.
“Sekjen (Guterres) kembali menyerukan pada seluruh pihak agar sebisa mungkin menahan diri dan mencegah ketegangan lebih lanjut terjadi,” kata Dujarric, Selasa, 18 Januari 2022.
Uni Emirat Arab telah meminta Dewan Keamanan PBB agar membahas serangan rudal dan drone ke wilayah negara itu. Duta Besar Uni Emirat Arab untuk PBB Lana Nusseibeh berharap PBB mengeluarkan pernyataan yang mengutuk serangan ini.
Sumber: Reuters
Baca juga: PBB: Setidaknya 108 Warga Sipil Tewas dalam Serangan Udara Ethiopia
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.