TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Filipina memodernisasi militernya dengan menyiapkan anggaran 999 juta dolar atau Rp14,3 triliun untuk membeli peluru kendali anti-kapal selam buatan India dan helikopter tempur S-70i Black Hawk.
Filipina telah menyelesaikan kesepakatan untuk memperoleh sistem rudal anti-kapal berbasis pantai dari India senilai hampir 375 juta dolar atau sekitar Rp5,3 triliun untuk meningkatkan angkatan lautnya, kata Menteri Pertahanan Filipinha Delfin Lorenzana, seperti dikutip Reuters, Senin, 17 Januari 2022.
Filipina sedang dalam tahap akhir dari proyek lima tahun senilai 5,85 miliar dolar untuk memodernisasi perangkat keras militernya yang sudah ketinggalan zaman mencakup kapal perang dari Perang Dunia Kedua dan helikopter bekas digunakan oleh Amerika Serikat dalam Perang Vietnam.
Berdasarkan kesepakatan yang dinegosiasikan dengan pemerintah India, Brahmos Aerospace Private Ltd akan mengirimkan tiga baterai, operator dan pengelola, dan memberikan dukungan logistik, Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana mengatakan dalam sebuah posting Facebook pada Jumat malam.
Program ini direncanakan pada 2017, tetapi menghadapi penundaan alokasi anggaran dan karena pandemi corona.
Sistem anti-kapal yang baru bertujuan untuk mencegah kapal asing memasuki zona ekonomi eksklusif 200 mil laut negara itu.
Pada 2018, Filipina membeli rudal Spike ER buatan Israel, sistem rudal pertama yang dibawa kapal untuk pengawalan maritim.
Meskipun hubungan persahabatan antara Cina dan Filipina di bawah Presiden Rodrigo Duterte membaik, Beijing tetap bersikeras mengklaim sebagian besar Laut China Selatan, saluran untuk barang lebih dari $3,4 triliun setiap tahun. Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam juga telah mengajukan klaim atas wilayah itu
Namun, putusan arbitrase internasional 2016 mengatakan klaim China tidak memiliki dasar hukum.
Helikopter tempur
Filipina membeli 32 helikopter S-70i Black Hawk dari anak perusahaan Sikorsky Aircraft yang berbasis di Polandia, PZL Mielec untuk menambah armada yang ada sebanyak 12.
Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana mengatakan pembelian helikopter baru di bawah proyek yang dilengkapi dengan dukungan logistik dan paket pelatihan untuk pilot dan kru pemeliharaan dengan biaya 624 juta dolar atau sekitar Rp9 triliun.
Kontrak sekarang sedang disusun, engan pengiriman lima unit pertama diharapkan pada 2023, kata Lorenzana di Facebook. Sisanya akan dikirimkan dalam tiga tahap, 10 unit pada 2024, 10 unit pada 2025, dan 7 unit pada 2026, katanya.
"Kurangnya pesawat angkut dan helikopter tidak pernah lebih parah selama pandemi dan setelah Topan Rai," kata Lorenzana. "Ini diperburuk oleh heli kami yang menua yang menjadi tidak ekonomis untuk dipelihara."