TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengkonfirmasi sudah bertelepon dengan atlet tenis kelas dunia asal Serbia, Novac Djokovic, setelah pengadilan federal Australia memutuskan untuk mendeportasi Djokovic. Alasan keputusan itu karena Djokovic belum imunisasi vaksin virus corona sehingga dianggap sebuah risiko bagi negara.
“Saya sudah berbicara dengan Djokovic dan mengatakan kami tak sabar menunggu dan menantikannya di sini. Saya katakan padanya, dia selalu disambut di Serbia,” kata Vucic.
Petenis Serbia Novak Djokovic, membasuh keringatnya saat melawan petenis Uzbekistan Denis Istomin pada babak ketiga Australia Open di Melbourne Park, 19 Januari 2017. Istomin kalahkan Djokovic dengan 7-6(8) 5-7 2-6 7-6(5) 6-4 . REUTERS/Jason Reed
Sebelumnya, Menteri Imigrasi Australia Alex Hawke berpandangan Djokovic bisa menjadi sebuah ancaman bagi ketertiban umum. Kehadirannya dikhawatirkan bisa mendorong sentimen anti-vaksin virus corona di tengah memburuknya penyebaran virus corona di Australia.
Putusan pengadilan federal Australia pada Minggu, 16 Januari 2022 menjadi pukulan telak bagi Djokovic, 34 tahun, yang berharap bisa mencetak rekor 21 kali juara Grand Slam di Australia Open. Dalam pernyataan tertulis, Djokovic menyatakan betapa kecewanya dia atas putusan pengadilan, namun dia pun mendoakan semoga Australia Open berjalan dengan lancar.
Jika tidak ada aral melintang, Australia Open akan diselenggarakan pada Senin, 17 Januari 2022. Kasus Djokovic menuai keprihatinan rekan sesama atlet tenis seperti petenis asal Spanyol Rafael Nadal, Alexander Zverev petenis asal Jerman, Stefanos Tsitsipas petenis asal Yunani dan Naomi Osaka petenis unggulan ke-13 asal Jepang.
Sumber: Reuters
Baca juga: Novak Djokovic Melawan Keputusan Pencabutan Visa oleh Australia
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.