TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah organisasi fact checkers dunia menulis surat terbuka kepada Youtube karena banyaknya unggahan berisi disinformasi dan misinformasi tentang Covid-19 selama pandemi ini.
"Sudah hampir dua tahun sejak pandemi Covid-19 dimulai, dunia telah berulang kali melihat betapa disinformasi dan misinformasi dapat merusak keharmonisan sosial, demokrasi, dan kesehatan masyarakat. Terlalu banyak kehidupan dan mata pencaharian telah hancur, dan terlalu banyak orang kehilangan orang yang dicintai karena disinformasi," demikian surat terbuka yang ikuti ditandatangani Tempo, sebagai satu-satunya fact checkers dari Indonesia, Rabu, 12 Januari 2022.
"Sebagai jaringan internasional organisasi pemeriksa fakta, kami memantau bagaimana kebohongan menyebar secara online — dan setiap hari, kami melihat bahwa YouTube adalah salah satu saluran utama disinformasi dan misinformasi online di seluruh dunia. Ini adalah keprihatinan yang signifikan di antara komunitas pemeriksa fakta global kami."
Organisasi pemeriksa fakta menyayangkan YouTube tidak menerapkan kebijakan untuk mengatasi masalah tersebut. Sebaliknya, platform berbagi video ini seperti membiarkan platformnya dimanfaatkan oleh aktor tidak bermoral untuk memanipulasi dan mengeksploitasi orang lain, dan untuk mengatur dan menggalang dana sendiri.
Dalam surat terbuka itu disebutkan bahwa langkah saat ini terbukti tidak cukup. "Itulah sebabnya kami mendesak Anda untuk mengambil tindakan efektif terhadap disinformasi dan misinformasi, dan untuk menguraikan peta jalan intervensi kebijakan dan produk untuk meningkatkan ekosistem informasi — dan untuk melakukannya dengan organisasi pemeriksa fakta independen dan nonpartisan di dunia."
Organisasi ini juga menyoroti kelompok konspirasi memanfaatkan Youtube untuk berkembang dan berkolaborasi lintas batas, termasuk gerakan internasional yang dimulai di Jerman, lalu ke Spanyol dan menyebar ke seluruh Amerika Latin
"Sementara itu, jutaan pengguna lain menonton video dalam bahasa Yunani dan Arab yang mendorong mereka untuk memboikot vaksinasi atau mengobati infeksi Covid-19 dengan obat palsu. Di luar Covid-19, video YouTube telah mempromosikan pengobatan palsu untuk kanker selama bertahun-tahun."
Dalam surat terbuka itu disebutkan bahwa Youtube membingkai diskusi tentang disinformasi sebagai dikotomi palsu untuk menghapus atau tidak menghapus konten.
"Dengan melakukan ini, YouTube menghindari kemungkinan melakukan apa yang telah terbukti berhasil: pengalaman kami sebagai pemeriksa fakta bersama dengan bukti akademis memberi tahu kami bahwa memunculkan informasi yang diperiksa fakta lebih efektif daripada menghapus konten."
Cara ini juga menjaga kebebasan berekspresi sambil mengakui perlunya informasi tambahan untuk mengurangi risiko bahaya terhadap kehidupan, kesehatan, keselamatan, dan proses demokrasi.
Dan mengingat sebagian besar penayangan di YouTube berasal dari algoritme rekomendasinya sendiri, YouTube juga harus memastikan tidak secara aktif mempromosikan disinformasi kepada penggunanya atau merekomendasikan konten yang berasal dari saluran yang tidak dapat diandalkan.
Dengan mempertimbangkan semua ini, kelompok ini mengusulkan beberapa solusi, pertama Komitmen terhadap transparansi yang berarti tentang disinformasi di platform. YouTube harus mendukung penelitian independen tentang asal-usul berbagai kampanye misinformasi, jangkauan dan dampaknya, dan cara paling efektif untuk menghilangkan prasangka informasi palsu.
Kedua, selain menghapus konten untuk kepatuhan hukum, fokus YouTube seharusnya adalah menyediakan konteks dan menawarkan sanggahan, yang ditumpangkan dengan jelas pada video atau sebagai konten video tambahan.
Ketiga, menandai unggahan dari pihak yang berulang kali mengunggah disinformasi dan misinformasi, terutama mereka yang memonetisasi konten tersebut di dalam dan di luar platform.
Keempat, memperluas upaya melawan disinformasi dan misinformasi dalam bahasa yang berbeda dari bahasa Inggris, dan memberikan data khusus negara dan bahasa, serta layanan transkripsi yang berfungsi dalam bahasa apa pun.
Surat Terbuka ini antara lain ditandatangani Washington Post, Lead Stories (AS), Les Surligneurs (Prancis), Logically (Inggris), Lupa (Brazil), Maldita.es (Spanyol), MediaWise (AS), Mongolian Fact-checking Center (Mongolia), MyGoPen (Taiwan), Myth Detector (Georgia), NewsMobile (India), Newschecker (India) dan Tempo (Indonesia).