TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memerintahkan peningkatan kekuatan militer strategis negara itu saat ia mengamati uji coba rudal hipersonik, Selasa, 11 Januari 2022.
Ini adalah kehadiran pertama Kim secara langsung dalam peluncuran rudal selama hampir dua tahun terakhir, kata kantor berita resmi Korea Utara KCNA, Rabu.
Pada hari Selasa Korea Selatan dan Jepang mendeteksi peluncuran rudal Korea Utara, yang kemudian mendapat kecaman dunia dan memicu ekspresi keprihatinan dari sekretaris jenderal PBB.
Uji coba kedua "rudal hipersonik" dalam waktu kurang dari seminggu menggarisbawahi sumpah Tahun Baru Kim untuk memperkuat militer dengan teknologi mutakhir pada saat pembicaraan dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat terhenti.
Setelah menyaksikan tes tersebut, Kim mendesak para ilmuwan militer untuk "lebih mempercepat upaya untuk terus membangun kekuatan militer strategis negara itu baik dalam kualitas maupun kuantitas dan lebih jauh memodernisasi tentara," lapor kantor berita KCNA.
Ini adalah pertama kalinya sejak Maret 2020 Kim secara resmi menghadiri uji coba rudal.
"Kehadirannya di sini akan menyarankan perhatian khusus pada program ini," kata Ankit Panda, peneliti senior di Carnegie Endowment for International Peace yang berbasis di AS, dalam unggahan di Twitter.
Tidak seperti beberapa tes baru-baru ini, surat kabar partai yang berkuasa Rodong Sinmun menerbitkan foto-foto Kim yang menghadiri peluncuran di halaman depannya.
Menurut Chad O'Carroll, kepala eksekutif Korea Risk Group, yang memantau Korea Utara, kehadiran Kim menunjukkan pentingnya uji coba itu. "Itu berarti Kim tidak khawatir terkait secara pribadi (dengan) tes teknologi baru yang besar. Dan tidak peduli bagaimana AS melihat ini."
Resolusi Dewan Keamanan PBB melarang semua uji coba rudal balistik dan nuklir Korea Utara dan telah menjatuhkan sanksi atas program tersebut.
Pembicaraan yang bertujuan membujuk Korea Utara untuk menyerah atau membatasi persenjataan senjata nuklir dan misilnya telah terhenti, dengan Pyongyang mengatakan pihaknya terbuka untuk diplomasi tetapi hanya jika Amerika Serikat dan sekutunya menghentikan "kebijakan bermusuhan" seperti sanksi atau latihan militer.
Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Politik Victoria Nuland menyebut peluncuran itu berbahaya dan tidak stabil.
"Ini jelas membawa kita ke arah yang salah," katanya pada brifing reguler di Washington pada hari Selasa. "Seperti yang Anda ketahui, Amerika Serikat telah mengatakan sejak pemerintahan ini datang bahwa kami terbuka untuk berdialog dengan Korea Utara, bahwa kami terbuka untuk berbicara tentang Covid dan dukungan kemanusiaan, dan sebaliknya mereka menembakkan rudal."
Uni Eropa juga mengutuk peluncuran rudal terbaru Korea Utara dan menilainya sebagai "ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional" serta meminta Pyongyang untuk melanjutkan diplomasi.
Berikutnya: Mampu bermanuver dengan 10 kali kecepatan suara