TEMPO.CO, Jakarta - Kazakhstan menuding kelompok radikal Islam yang dilatih di luar negeri termasuk di antara mereka yang menyerang gedung-gedung pemerintah dan pasukan keamanan pekan lalu.
"Seperti yang ditunjukkan oleh peristiwa di Almaty dan beberapa wilayah lain di negara itu, Kazakhstan telah menjadi sasaran agresi bersenjata oleh kelompok teroris yang terkoordinasi dengan baik yang dilatih di luar negeri," kata Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan.
Menteri Luar Negeri Yerlan Karin kepada televisi pemerintah menyatakan ada konspirasi yang melibatkan kekuatan dari dalam dan luar negeri untuk menghancurkan Kazakhstan. “Menurut data awal, para penyerang termasuk individu yang memiliki pengalaman zona tempur militer di jajaran kelompok Islam radikal,” ujarnya Senin, 10 Januari 2022.
Kerusuhan meledak pekan lalu akibat demonstrasi massa menentang kenaikan harga bahan bakar minyak. Polisi telah menahan 8.000 orang untuk mengendalikan situasi.
Gedung-gedung pemerintah di beberapa kota sempat direbut atau dibakar minggu lalu. Kekerasan tersebut merupakan yang terburuk selama 30 tahun terakhir dalam sejarah negara Asia Tengah pasca-Soviet.
Presiden Kassym-Jomart Tokayev telah mengeluarkan perintah tembak-menembak dan mengumumkan keadaan darurat di negara kaya minyak berpenduduk 19 juta itu. Dia juga meminta blok militer pimpinan Rusia untuk mengirim pasukan, yang menurut pemerintah telah dikerahkan untuk menjaga objek-objek strategis.
Tokayev akan mengambil bagian dalam konferensi video para pemimpin blok itu pada pukul 0700 GMT pada hari Senin.
Komite Keamanan Nasional menetapkan hari ini, Senin, 10 Januari 2022 sebagai hari berkabung resmi. Pemerintah menyatakan situasi telah stabil dan pasukan keamanan telah memulihkan kendali setelah kerusuhan.
Karim Masimov, mantan ketua komite telah ditahan atas tuduhan makar pekan lalu. Penahanan dilakukan hanya selang beberapa hari setelah Tokayev memecatnya.
Seorang mantan perdana menteri Kazakh mengatakan kepada Reuters pada Minggu bahwa Tokayev harus bergerak cepat untuk mengkonsolidasikan cengkeramannya. Ia disebut-sebut telah berseberangan jalan dengan mantan Presiden Kazakhstan, Nursultan Nazarbayev.
Baca: Gara-gara Rusuh di Kazakhstan, Presiden Pecat Dua Petinggi Intelijen
REUTERS