TEMPO.CO, Jakarta -Total kasus COVID-19 di Australia hingga Senin 10 Januari 2022 menembus angka 1 juta, dan lebih dari setengahnya tercatat dalam sepekan terakhir.
Sebagian besar negara bagian Australia tengah dilanda varian Omicron yang menambah tingkat rawat inap dan membebani rantai pasokan medis.
Jumlah kasus baru di New South Wales dan Victoria pada Senin mencapai sekitar 55.000 kasus baru, sehingga total infeksi COVID-19 di Australia mencapai 1,03 juta selama pandemi. Negara bagian dan teritori lain belum melaporkan jumlah kasus mereka.
Peningkatan jumlah pasien yang dirawat inap memaksa otoritas untuk memberlakukan kembali sejumlah pembatasan di negara bagian. Sementara kelangkaan staf akibat pekerja terkena kewajiban isolasi atau sakit menyebabkan masalah dalam bisnis di Benua Kanguru.
Pihak berwenang telah memangkas masa isolasi wajib bagi mereka yang menjadi kontak dekat pasien. Mereka juga mempersempit definisi "kontak dekat".
Namun, aturan untuk pekerja cuti yang telah memperlebar kesenjangan rantai pasokan, masih ditinjau.
Mulai hari ini, vaksin COVID-19 buatan Pfizer akan ditawarkan kepada 2,3 juta anak berusia 5-11 tahun. Adapun laporan tentang berkurangnya stok vaksin dibantah pihak berwenang.
"Vaksin cukup dan tempat distribusi juga cukup, ini soal bersabar sedikit saja," kata Letnan Jenderal John Frewen, kepala satuan tugas vaksinasi, kepada Australian Broadcasting Corp.
Hingga saat ini 92 persen penduduk berusia 16 tahun ke atas telah disuntik vaksin lengkap dan vaksinasi booster tengah dipercepat.
Sebanyak 2.387 kematian telah dilaporkan oleh Australia sejauh ini. Tingkat kematian selama gelombang varian Omicron lebih rendah daripada gelombang sebelumnya.
Setelah berhasil meredam lonjakan kasus lewat penguncian agresif dan kontrol perbatasan yang ketat di awal pandemi, Australia kini mencatat rekor infeksi ketika mulai "hidup bersama virus" meski dengan tingkat vaksinasi yang lebih tinggi.
Aturan ketat di perbatasan Australia kembali menjadi sorotan setelah pihak berwenang membatalkan visa petenis nomor satu dunia, Novak Djokovic.
Keputusan itu diambil sebagai respons atas pertanyaan publik soal pengecualian aturan vaksin yang diberikan kepadanya.
Perjuangan Djokovic untuk tetap tinggal di Australia berlanjut di pengadilan pada Senin.
Djokovic berpendapat bahwa infeksi COVID-19 yang dideritanya baru-baru ini membuatnya memenuhi syarat untuk mendapatkan pengecualian medis dari aturan yang mewajibkan vaksinasi lengkap bagi pelaku perjalanan.
Baca juga: Covid-19 di Australia Naik Dipicu Pesta yang Dihadiri Ratusan Orang
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Sumber: Reuters/ANTARA