TEMPO.CO, Jakarta - Melaniya Pavlova, remaja perempuan berkewarganegaraan ganda, Rusia dan Amerika terjebak di sebuah hotel di Almaty, setelah kerusuhan mengguncang Kazakhstan. Perempuan berusia 21 tahun ini sebelumnya mengunjungi Almaty bersama beberapa teman.
Namun protes mengguncang negara itu. Akibatnya ia tak bisa kembali ke rumahnya di Moskow. Setelah menghabiskan satu malam di dalam pesawat, Pavlova dan teman-temannya tidak punya banyak pilihan selain tetap di Almaty, kota terbesar di Kazakhstan.
Kepada Reuters melalui sambungan telepon, Pavlova mengatakan bahwa dia khawatir dengan suara tembakan dan penjarahan yang terdengar jelas di sekitarnya. "Kami tidak tahu bagaimana meninggalkan negara ini sekarang," kata Pavlova.
Penerbangan komersial dibatalkan karena pengunjuk rasa mengambil alih bandara. Beberapa kereta juga dibatalkan. Dia dia khawatir moda perjalanan kereta mungkin tidak aman.
"Sangat menakutkan bahwa ada penjarahan yang terjadi. Kami ingin pergi ke Bishkek (di Kirgistan) dan kemudian kembali ke Moskow, tetapi di luar sana berbahaya dan kami tidak benar-benar ingin mengambil risiko."
Pavlova tiba di Almaty Minggu lalu setelah menghabiskan liburan Tahun Baru bersama keluarganya di Moskow. Setelah protes meletus, teman-temannya, termasuk yang seharusnya pergi ke Australia, memesan penerbangan Rabu malam kembali ke Moskow. "Tapi saat kami memeriksa barang bawaan kami, seluruh sistem rusak karena internet terputus," katanya.
Setelah mengantre selama dua jam, mereka diberi tiket tulisan tangan dan naik ke pesawat. "Kemudian para pengunjuk rasa mengambil alih kendali darat dan pilot tidak ingin lepas landas. Jadi bersama dengan pesawat lain ke Turki, Tbilisi dan Bishkek, kami terjebak."
Mereka ditahan di pesawat sepanjang malam dan makan di dalam pesawat. Mereka diberi tahu tak bisa meninggalkan pesawat hingga jam malam berakhir keesokan paginya. Sebuah truk pemadam kebakaran kemudian mengirimkan lebih banyak makanan.
Pilot membangunkan semua orang sekitar jam 2 pagi dan mengatakan paraa penumpang bisa meninggalkan pesawat. Namun hanya lima orang yang pergi. Sebagian besar penumpang tidak yakin ke mana mereka akan pergi selama jam malam.
Konsulat Rusia ditutup karena liburan Tahun Baru, yang biasanya berlangsung hingga 10 Januari. Menurut Pavlova, staf di konsulat Amerika mengatakan kepada ia dan teman-temannya agar tetap berada di pesawat dan menjauhi jendela. Pihak kedutaan juga bertanya apakah mereka punya makanan.
Pavlova dan teman-temannya kini tinggal di sebuah hotel yang dibayar oleh konsulat Prancis. Salah seorang temannya adalah warga negara Prancis. "Kami pergi keluar untuk berjalan-jalan dengan anjing di beberapa titik. Kami sangat jelas mendengar suara tembakan," katanya pada Kamis sore.
Pada hari Kamis, ketika protes kekerasan menunjukkan sedikit tanda-tanda mereda, pasukan terjun payung dari Rusia menyerbu pengunjuk rasa. Polisi di Almaty mengatakan mereka telah membunuh puluhan perusuh semalam.
Baca: Presiden Kazakhstan Perintahkan Pengunjuk Rasa Ditembak Mati Tanpa Peringatan
REUTERS