TEMPO.CO, Jakarta - Paus Fransiskus menyentil kelompok konservatif yang menolak perubahan di Gereja Katolik Roma dengan menyatakan mereka beragama dengan mengacu pada diri sendiri dan terbungkus dalam "setelan baju besi".
Pernyataan, yang disampaikan pada Pesta Epifani, tampaknya diarahkan khusus kepada mereka yang menolak keras keputusannya untuk membatasi Misa Latin tradisionalis, dengan mengatakan bahwa liturgi tidak boleh terjebak dalam "bahasa yang mati".
"Apakah kita sudah terlalu lama terjebak, terkurung dalam religiositas konvensional, eksternal dan formal yang tidak lagi menghangatkan hati kita dan mengubah hidup kita?," kata Paus Fransiskus, Kamis, 6 Januari 2022.
"Apakah kata-kata dan liturgi kita menyulut dalam hati keinginan untuk bergerak menuju Tuhan, atau apakah itu 'bahasa mati' yang hanya berbicara tentang dirinya sendiri?" katanya.
Misa Latin tidak lagi digunakan secara umum setelah Konsili Vatikan Kedua 1962-1965 dan digantikan dengan bahasa lokal.
Pada bulan Juli, setelah berargumen bahwa Misa Latin sedang dieksploitasi oleh anti-reformis untuk merusak persatuan Gereja, Paus Fransiskus memperketat peraturan tentang kapan itu bisa dirayakan, membatalkan keputusan oleh dua pendahulunya.
Sejak itu sejumlah kelompok konservatif, termasuk uskup, secara terbuka menentang Paus, menghasilkan apa yang oleh beberapa orang disebut sebagai "perang liturgi" Gereja.
Iman bukanlah "setelan baju zirah yang menyelimuti kita; sebaliknya, itu adalah perjalanan yang menarik, gerakan yang konstan dan gelisah, selalu mencari Tuhan," kata Paus Fransiskus.
Paus membuat komentarnya dalam homili pada Misa di Basilika Santo Petrus pada hari umat Kristen memperingati apa yang dikatakan Alkitab sebagai kedatangan tiga orang bijak, atau orang majus, di Betlehem setelah kelahiran Yesus.
Partisipasi dibatasi sekitar 1.500 orang karena pembatasan Covid-19.
REUTERS