TEMPO.CO, Jakarta - Krisis membayangi ekonomi Turki. Mata uang Lira anjlok ke titik terendah, sedangkan inflasi Turki melambung tinggi.
Dikutip dari CNN, menurut Institut Statistik Turki, harga konsumen melonjak 36 persen di bulan Desember 2021, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Harga-harga naik dengan kecepatan tercepat sejak September 2002.
Kenaikan harga disulut oleh biaya transportasi yang melonjak hampir 54 persen dibandingkan Desember 2020, dan harga makanan yang naik 43,8 persen. Harga peralatan rumah tangga dan perhotelan juga naik lebih dari 40 persen dibandingkan tahun lalu.
Mata uang Turki merosot lebih dari 40 persen terhadap dolar AS pada Desember 2021. Keruntuhan antara lain disebabkan desakan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan yang mendesak bank sentral negara itu memangkas suku bunga. Saat inflasi tinggi, biasanya bank sentral justru menaikkan suku bunga.
Erdogan menyalahkan krisis ekonomi Turki kepada intervensi asing. Dia mengatakan memimpin perjuangan untuk kemandirian finansial yang lebih besar bagi Turki.
Harga yang melonjak dan mata uang yang jatuh telah memaksa pemerintah Turki untuk mengambil tindakan luar biasa untuk mencoba melindungi pekerja dan penabung.
Bulan lalu, Erdogan mengumumkan kenaikan hampir 50 persen upah minimum di negara itu. Dia juga berencana membuka rekening deposito Lira Turki yang akan melindungi penabung dari devaluasi.
Erdogan mendesak bisnis dan individu untuk menyimpang uang dalam bentuk Lira. "Selama kita tidak mengambil uang kita sendiri sebagai patokan, kita pasti akan tenggelam. Lira Turki, uang kita, itulah yang akan kita majukan. Bukan dengan mata uang asing," kata Erdogan dalam pidatonya di Istanbul, Jumat lalu.
Selama empat bulan berturut-turut, bank sentral Turki memangkas suku bunga. Bank sentral biasanya menaikkan suku bunga ketika inflasi melonjak untuk menghentikan ekonomi dari overheating.
Erdogan sebelumnya menolak kenaikan suku bunga untuk menstabilkan mata uang dengan mengutip ajaran Islam. "Mereka mengeluh kami terus menurunkan suku bunga. Jangan berharap apa-apa lagi dari saya," katanya dalam komentar yang disiarkan televisi pada Desember lalu.
"Sebagai seorang Muslim, saya akan terus melakukan apa yang diperintahkan agama kami. Ini adalah perintahnya."
Erdogan juga mengutip agamanya dalam menjelaskan mengapa dia percaya suku bunga menyebabkan inflasi alih-alih mengekangnya. Suku bunga yang tinggi merupakan hambatan dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Baca: Inflasi Turki Tembus Rekor Tertinggi
CNN | FRANCE 24