TEMPO.CO, Jakarta - Kabar adanya seorang pembelot asal Korea Utara yang kembali ke kampung halamannya setelah setahun tinggal di Korea Selatan, menimbulkan pertanyaan apakah perhatian pemerintah Seoul buruk sehingga ia nekat menempuh risiko besar itu.
Pembelot itu kembali ke negaranya dengan melewati pos penjagaan sangat ketat dan berisiko pada Sabtu lalu, 1 Januari 2022.
Militer Korea Selatan mengidentifikasi pria pelintas Zona Demiliterisasi (DMZ) yang memisahkan kedua Korea pada hari Sabtu sebagai seorang pembelot Korea Utara setahun lalu.
Kenekatan pria itu menimbulkan pertanyaan tentang apakah mereka telah menerima dukungan memadai setelah melakukan perjalanan berbahaya dari Utara yang miskin dan dikontrol ketat ke Selatan yang kaya dan demokratis.
Laki-laki berusia 30-an itu, bekerja sebagai petugas kebersihan dan hidup sederhana selama tinggal di Selatan, kata seorang pejabat militer.
"Saya akan mengatakan dia diklasifikasikan sebagai kelas bawah, nyaris tidak mencari nafkah," kata pejabat itu, menolak untuk menjelaskan lebih lanjut dengan alasan masalah privasi.
Para pejabat, yang mengatakan mereka melihat sedikit risiko pria itu menjadi mata-mata Korea Utara, telah meluncurkan penyelidikan tentang bagaimana dia menghindari penjaga meskipun tertangkap kamera pengintai beberapa jam sebelum melintasi perbatasan.
Pejabat Korea Utara belum mengomentari insiden itu dan media pemerintah belum melaporkannya.
Selanjutnya: Ada tanda-tanda membelot sejak Juni lalu