TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Boris Johnson memastikan tidak akan memberlakukan pembatasan baru di Inggris karena varian Omicron jauh lebih ringan daripada varian sebelumnya.
"Jalan ke depan untuk negara secara keseluruhan adalah melanjutkan jalan yang kita jalani," katanya pada Senin, 3 Januari 2022.
"Tentu saja kami akan terus meninjau semua tindakan, tetapi campuran dari hal-hal yang kami lakukan saat ini menurut saya adalah yang tepat," ujar Johnson.
Meskipun ada lonjakan besar dalam infeksi, Boris Johnson sejauh ini menolak memberlakukan pembatasan baru di Inggris, yang menyumbang lebih dari 80 persen populasi Inggris.
Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara, yang menerapkan aturan mereka sendiri, telah memberlakukan beberapa tindakan pembatasan baru, dikutip dari Reuters, 3 Januari 2022.
Boris Johnson mengatakan tekanan pada rumah sakit akan cukup besar dalam beberapa minggu ke depan, tetapi Omicron jelas lebih ringan daripada varian sebelumnya, dan Inggris berada dalam posisi yang lebih kuat daripada sebelumnya dalam pandemi.
Inggris memiliki tingkat vaksinasi yang sangat tinggi, katanya, dan terus membangun pertahanannya dengan program vaksin booster.
"Mayoritas orang yang berada di ICU (perawatan intensif) belum divaksinasi dan sebagian besar - sekitar 90% - belum menerima booster," katanya saat berkunjung ke pusat vaksinasi di Buckinghamshire, Inggris tenggara.
Boris Johnson memberlakukan tindakan terbatas di Inggris, yang dikenal sebagai "Rencana B" bulan lalu, termasuk mengenakan masker di transportasi umum dan di toko-toko, tetapi tidak memerintahkan pembatasan pertemuan atau penutupan bisnis.
Baca juga: Inggris Belum Mau Terapkan Aturan Pencegahan Covid-19
REUTERS