TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu universitas terkemuka di Hong Kong telah membongkar dan memindahkan patung yang dibuat untuk mengenang pengunjuk rasa pro-demokrasi yang terbunuh selama penumpasan Lapangan Tiananmen di Cina pada 1989.
Karya seni yang berbentuk kumpulan tubuh manusia yang menderita dan membentuk pilar, adalah salah satu dari sedikit memorial publik yang tersisa di bekas jajahan Inggris untuk mengingat tindakan keras berdarah yang merupakan topik tabu di Cina daratan, di mana tidak dapat diperingati secara publik.
Dikenal sebagai "Pilar Aib", patung yang sudah berdiri di University of Hong Kong selama 20 tahun itu adalah simbol kunci dari kebebasan luas yang dijanjikan kepada Hong Kong pada 1997 kembali ke pemerintahan Cina.
Kota ini secara tradisional mengadakan peringatan tahunan terbesar di dunia untuk memperingati tindakan keras Lapangan Tiananmen.
Menurut Reuters, 23 Desember 2021, Dewan University of Hong Kong (HKU) mengatakan pada Kamis pagi bahwa mereka membuat keputusan untuk membongkar patung itu selama pertemuan Rabu, "berdasarkan nasihat hukum eksternal dan penilaian risiko untuk kepentingan terbaik Universitas".
"Dewan HKU telah meminta agar patung itu disimpan, dan bahwa Universitas harus terus mencari nasihat hukum tentang tindakan tindak lanjut yang sesuai," katanya.
Seorang mahasiswa membersihkan patung "Pilar Aib" di University of Hong Kong pada peringatan 32 tahun penumpasan demonstran pro-demokrasi di Lapangan Tiananmen Beijing pada 1989, di Hong Kong, Cina, 4 Juni 2021. [REUTERS/Lam Yik /File Foto]
Pada Rabu malam, penjaga keamanan menempatkan barikade kuning di sekitar patung tembaga berbobot dua ton setinggi delapan meter itu.
Dua wartawan Reuters melihat puluhan pekerja bertopi kuning memasuki lokasi patung, yang ditutupi terpal plastik putih dan dijaga oleh puluhan personel keamanan.
Suara keras dari alat-alat berat listrik dan rantai terdengar dari area tertutup selama beberapa jam sebelum pekerja terlihat membawa bagian atas patung dan menariknya ke atas derek menuju kontainer pengiriman yang menunggu.
Sebuah truk kemudian membawa kontainer itu pergi pada Kamis pagi. Situs patung ditutupi plastik putih dan dikelilingi oleh barikade kuning. Staf universitas kemudian menempatkan pot bunga Poinsettia, dekorasi Natal yang populer di Hong Kong, di sekitar barikade.
Beberapa bulan yang lalu, universitas telah mengirimkan surat resmi kepada penjaga patung yang meminta agar patung tersebut dipindahkan.
Pematung Denmark Jens Galschiot, yang menciptakan patung itu, mengaku terkejut dan akan mengklaim kompensasi atas segala kerusakan pada properti pribadinya.
Galschiot, yang menghargai patung itu sekitar US$1,4 juta (Rp20 miliar), telah menawarkan untuk membawanya kembali ke Denmark, tetapi mengatakan kehadirannya di Hong Kong diperlukan agar operasi kompleks berjalan dengan baik dan meminta jaminan bahwa dia tidak akan dituntut.
HKU mengatakan tidak ada pihak yang pernah memiliki izin untuk memajang patung itu di kampusnya dan mereka mengklaim berhak untuk mengambil "tindakan yang pantas" kapan saja.
HKU juga menyebut patung itu sudah rapuh dan bisa menimbulkan masalah keamanan.
Kampus itu sepi pada hari Kamis pagi, dengan mahasiswa yang sedang berlibur. Beberapa mahasiswa mampir ke kampus semalaman setelah mendengar berita itu.
"(Pihak) Kampus pengecut dengan melakukan ini di tengah malam," kata mahasiswa berusia 19 tahun bermarga Chan. "Saya merasa sangat kecewa karena itu adalah simbol sejarah."
Mahasiswa lain yang bermarga Leung mengatakan dia patah hati melihat patung itu dipotong-potong.
Pembongkaran patung itu adalah langkah terbaru yang menargetkan orang atau organisasi yang berafiliasi dengan demonstrasi 4 Juni 1989 atau pun segala pawai untuk memperingatinya.
Pihak berwenang telah menekan Hong Kong di bawah undang-undang keamanan nasional yang diberlakukan Cina, yang menurut para aktivis hak asasi manusia digunakan untuk menekan masyarakat sipil, memenjarakan para pegiat demokrasi dan mengekang kebebasan dasar.
Cina mengatakan Undang-undang Keamanan Nasional Hong Kong tersebut telah memulihkan ketertiban dan stabilitas setelah protes jalanan besar-besaran pada 2019. Mereka bersikeras kebebasan berbicara dan hak-hak lainnya tetap utuh dan bahwa penuntutan tidak bersifat politis.
Cina tidak pernah memberikan laporan lengkap tentang penumpasan Lapangan Tiananmen 1989. Para pejabat menyebutkan jumlah korban tewas sekitar 300, tetapi kelompok hak asasi dan saksi mata mengatakan ribuan mungkin telah tewas dalam penumpasan unjuk rasa Lapangan Tiananmen.
Baca juga: Kisah Patung Peringatan Tragedi Tiananmen yang Terancam Digusur dari Hong Kong
REUTERS