TEMPO.CO, Jakarta - Inggris mengatakan pada Senin bahwa varian Omicron menyebar pada "tingkat fenomenal" dan sekarang menyumbang sekitar 40% dari infeksi di London, sehingga orang harus mendapatkan vaksin booster karena vaksinasi ganda masih rentan.
Sejak kasus Omicron pertama terdeteksi pada 27 November di Inggris, Perdana Menteri Boris Johnson telah memberlakukan pembatasan yang lebih ketat dan mengatakan pada Ahad jika gelombang pasang Omicron akan datang.
Inggris mengatakan bahwa jika tidak ada tindakan yang diambil, akan ada satu juta orang yang terinfeksi Omicron pada akhir bulan.
"Ini menyebar dengan kecepatan yang fenomenal, sesuatu yang belum pernah kita lihat sebelumnya, infeksinya berlipat ganda setiap dua hingga tiga hari," kata Menteri Kesehatan Sajid Javid kepada Sky News.
"Itu berarti kita menghadapi gelombang pasang infeksi, kita sekali lagi berada dalam perlombaan antara vaksin dan virus," paparnya.
Poundsterling turun 0,4% menjadi terhadap dolar AS, sementara secara luas stabil terhadap euro di 85,29 pence, menurut laporan Reuters, 13 Desember 2021.
Boris Johnson, yang bergulat dengan oposisi di partainya atas langkah-langkah untuk mengekang Omicron dan protes selama lockdown tahun lalu, mengatakan orang harus bergegas mendapatkan vaksin booster untuk melindungi kebebasan hidup.
Setelah COVID-19 pertama kali terdeteksi di Cina pada akhir 2019, ia menghadapi kritik karena awalnya menolak lockdown.
Dia juga menghadapi kritik karena mengawasi kesalahan dalam memindahkan pasien ke rumah perawatan, dan untuk membangun sistem uji dan lacak yang mahal yang gagal menghentikan gelombang kedua yang mematikan.
Di seluruh dunia, COVID telah membunuh 5,3 juta orang, menghapus triliunan dolar dalam output ekonomi dan mengubah kehidupan normal menjadi terbalik bagi banyak orang.
Data yang dirilis pada hari Jumat menunjukkan bahwa kemanjuran vaksin terhadap infeksi gejala berkurang secara substansial terhadap Omicron hanya dengan dua dosis, tetapi suntikan ketiga meningkatkan perlindungan hingga lebih dari 70%.
Javid mengatakan belum ada kematian yang dikonfirmasi di Inggris dan hanya 10 orang yang dirawat di rumah sakit di Inggris dengan varian tersebut, tetapi Omicron mungkin berada di belakang sekitar 40% infeksi di London.
Dia mengatakan bahwa sementara gejalanya mungkin lebih ringan, penyebaran varian Omicron yang cepat berarti bahwa jika pemerintah tidak bertindak maka layanan kesehatan dapat kewalahan.
Baca juga: Inggris Laporkan Kasus Baru Omicron Naik Hampir Dua Kali Lipat dalam Sehari
REUTERS